Minta Nadiem Masukan Pemikiran Bung Karno dalam Kurikulum, Megawati: Tanggung jawab Situ Berat Lho

- 24 November 2020, 19:19 WIB
Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri //instagram@megawatisoekarnoputri_/



JURNALGAYA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menilai ada hal yang hilang dalam catatan sejarah Indonesia, khususnya pada periode 1965. Putri Soekarno ini menyatakan ada politik deSoekarnoisasi yang dimulai sejak kepemimpinan Presiden Soeharto

Sehubungan hal itu, Presiden RI Kelima ini meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluruskan catatan sejarah soal kejadian 1965.

"Saya bicara pada Pak Nadiem karena beliau menteri pendidikan dan kebudayaan. Ya harus bagaimana ya? Apakah hal ini tidak boleh diajarkan?" kata Megawati dalam diskusi virtual di akun Youtube Museum Kepresidenan Balai Kirti, Selasa 24 November 2020.

Baca Juga: Sulit Untuk Menolak, Lionel Messi Ditawari Kontrak Sensasional oleh Manchester City

"Ada ratu ini, ada raja ini, tapi tahun '65 begitu menurut saya seperti sejarah itu dipotong, disambung, dan ini dihapus," imbuhnya.

Megawati mengenang kebesaran Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia. Soekarno juga menjadi penggagas Konferensi Asia Afrika, wadah negara-negara yang saat itu memperjuangkan kemerdekaan masing-masing.

Namun kisah Soekarno, kata Mega, dihapus pada era Orde Baru. Ia menyebut elite politik patah lidah, semua orang takut menyebut Soekarno sebagai proklamator.

Ketua Umum PDIP itu meminta Nadiem untuk mengkaji ulang sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Mega berharap ada pelurusan sejarah soal Soekarno dan peristiwa 65.

Baca Juga: Pertamina Hapus Premium Januari 2021, Komisi VII DPR RI: Apa Alternatif BBM Murah untuk Masyarakat?

"Saya hanya permintaan saya itu bahwa tidakkah bisa diluruskan kembali (sejarah tentang) seorang yang bisa memerdekakan bangsa ini?" tutur Mega.

Mega juga bertanya kepada Nadiem mau jadi seperti apa bangsa Indonesia. "Apakah Indonesia akan punya sejarah versi masing-masing," ujarnya.

"Coba ayo Pak Nadiem, saya nyebut Anda karena tanggung jawab situ berat lho buat mendidik putra-putri bangsa Indonesia ini," tuturnya.

Megawati juga mengusulkan Nadiem memasukkan buku-buku Soekarno ke kurikulum pendidikan Indonesia.

Megawati menilai Bung Karno tokoh yang punya wawasan luas karena sering membaca buku. Hasil dari bacaan itu dituang Bung Karno dalam buku-buku yang ia tulis.

"Alangkah sayangnya maksud saya, dari pikiran-pikiran yang telah diserap oleh seorang Bung Karno, yang seharusnya kalau menurut saya Pak Nadiem, itu harus jadi salah satu kurikulum," kata Megawati.

Baca Juga: Buat Suasana Petamburan Menakutkan, Refly Harun: Apakah Seberani Itu Seorang Dudung Abdurachman?

Megawati menyebut pemikiran-pemikiran Bung Karno sempat dilupakan pada era Orde Baru. Saat itu, ada sistem yang ia sebut sebagai politik deSoekarnoisasi.

Orang-orang dibuat takut untuk membicarakan Soekarno, kata Megawati. Bahkan, buku-buku karya Bung Karno dilarang untuk beredar.

"Kok ada ya sebuah pembentukan sistem yang sampai membuat, mohon maaf, seperti memandulkan kalangan intelektual kita loh, sampai enggak berani, sampai buku disembunyi-sembunyikan," ucap Megawati.

Namun kondisi sudah berbeda sekarang. Megawati berpendapat saat ini orang justru mencari tahu seperti apa sosok Soekarno. Karenanya, ia mengusulkan agar pemikiran Bung Karno masuk dalan kurikulum.

Baca Juga: Inilah Merchant Terbaru ShopeePay Beri Inspirasi Makan Selama WFH

"Kita mau nyontoh apa tidak? itu persoalannya, persoalan besarnya, the big question and the big answer-nya itu Pak Nadiem," tandasnya.***

Editor: Dini Yustiani

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x