Cerita Putri Komar, Menyulap Batik Jadi Shibori yang Hits di Kalangan Milenial

- 24 Agustus 2020, 08:55 WIB
/DOK PRIBADI PUTRI KOMAR/


JURNALGAYA - Bagi Putri Urfanny Nadhiroh, batik bukan hal baru. Sejak ia duduk di bangku SD, cewek asal Bandung ini sudah lihai memainkan canting. 

 
Ketertarikannya terhadap batik, bermula dari kebiasaannya melihat sang ayah, Komar yang sejak lama dikenal sebagai seniman dan perajin batik ternama di tanah air.
 
Mewarisi bakat dari ayahnya, Putri pun menguatkan langkahnya untuk memperdalam ilmu fesyen hingga ke University of Southampton, Inggris.

Founder & Creative Director of Shibotik ini juga mengungkapkan, pengesahan batik sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco, membuat pamor batik semakin meluas. Sayangnya, masih banyak dari milenial yang masih menganggapnya  kuno dan kurang stylish.

Untuk mengubah pandangan lama, putri dan ayahnya Komarudin Kudiya ini mulai fokus mengeksplor kain batik menjadi lebih kasual dan kekinian. Berawal dari Shibotik atau Shibori dan batik, ia mulai membidik pasar anak muda. 

"Beberapa tahun terakhir, aku memang lebih kencang mempromosikan batik untuk segmen anak muda lewat fashion show dan pameran. Tujuannya sih untuk mengubah pendapat mereka, kalau batik itu enggak selamanya terkesan kolot," ujar Putri Komar saat dijumpai di Cigadung Timur, belum lama ini.

Desainer Muda Inspiratif 2014 ini juga bercerita, proses penemuan Shibotik memang berawal dari tugas kuliah. Selanjutnya, Putri mulai makin semangat nih untuk mengenalkan batik hits ini pada pasar milenial. 

Tak cuma di Indonesia, ia juga mulai mempromosikannya di mancanegara. Pameran dan fashion show-nya itu sempat digelar di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura dengan audiens yang terbilang luas.

"Alhamdulillah animo pecinta batik sih makin luas. Tapi sekarang pasarnya enggak cuma fokus anak muda, karena ternyata berbagai kalangan usia juga pengin nuansa batik yang semi formal. Simpel dan kasual. Jadi selain digunakan dengan kebaya atau kain tradisional, bisa juga dipadukan dengan jins," beber Putri. 

Bicara Shibotik, Putri juga enggak sembarangan atau hanya memanfaatkan nama besar Batik Komar. Untuk menciptakan modifikasi baru yang lebih mengindonesia, cewek 26 tahun ini juga mengawali bisnisnya dari banyak diskusi dan kolaborasi dengan sang ayah.

Bahkan ia sempat membuat terminologi baru dari shibori dan batik ini agar lebih mudah dan akrab di telinga masyarakat. Menurutnya, cara baru ini juga punya tujuan memudahkan para perajin batik yang tiap hari bekerja di workshop-nya.

"Kalau mengacu pada sejarah shibori ya pasti agak rumit. Nah saya dan ayah akhirnya membuat terminologi untuk memperdalam teknik dan filosofinya. Istilah asingnya juga kita ubah dengan penyebutan baru. Misalnya motif Katcak kependekan dari ikat acak, gulkat atau gulung ikat, gultakat, gulung tanpa ikat dan masih banyak lagi," katanya.

Bicara prestasi, sejak dulu Putri memang tak pernah jauh - jauh dari dunia batik. Sebut saja pemenang pertama desain batik STTT, Bandung 2010, juara 2  Indonesian Student Batik Competition, September, Batik Summit 2011 (DIKTI), Top 10 Batik Desain Competition, IKEA Indonesia 2011, juara 1 Hand Woven Design with Natural Dyes Competition (Warlami), Swarna Festival, Bali 2014, juara 2 Nissan Marchinvasion 2014 dan masih banyak lagi.

Tak muluk - muluk, Putri berharap produk inovasi batiknya memang menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Selain menjadi outfit pada forum resmi, ia juga mengajak anak muda untuk membiasakan pakai batik di keseharian yang lebih santai.***


 

Editor: Dini Yustiani


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x