Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 31,8 persen pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak, atau 12.416 institusi, berisiko ditutup dalam empat tahun ke depan. Penurunan ini diperkirakan akan lebih besar lagi di kota-kota besar, dengan proyeksi penurunan sebesar 39,4 persen di Busan, 37,3 persen di Seoul, 37,3 persen di Daegu, dan 34 persen di Incheon.
Penutupan lembaga-lembaga ini bukan sekedar angka; hal ini mewakili tantangan besar bagi masa depan penitipan anak di Korea Selatan. Yang paling memprihatinkan adalah potensi dampak terhadap wilayah non-perkotaan, yang mungkin menghadapi infrastruktur penitipan anak yang tidak memadai dan memperburuk masalah depopulasi.
Untuk mengatasi krisis yang akan datang ini, laporan ini menekankan perlunya dukungan untuk menjaga infrastruktur penitipan anak pada tingkat minimum, terutama di daerah yang mengalami arus keluar penduduk. Laporan ini menyarankan dukungan finansial bagi lembaga-lembaga yang berisiko ditutup dan menunjuk pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak tertentu di wilayah rentan sebagai infrastruktur penting.
Baca Juga: Netflix Rilis Poster A Killer Paradox, Kisah Seorang Pria yang Tidak Sengaja Melakukan Pembunuhan
Selain itu, laporan tersebut mengusulkan penggunaan kembali ruang-ruang kosong seperti sekolah dasar dan mengerahkan tenaga profesional penitipan anak ke lokasi-lokasi tersebut untuk mendukung layanan penitipan bayi.
Ketika Korea Selatan bergulat dengan tantangan demografis ini, kebutuhan akan perencanaan strategis dan dukungan terhadap infrastruktur penitipan anak menjadi semakin penting.***