The Boy with Moving Image, Film Panjang Pertama dari Bandung  Tayang di 15th Jogja-NETPAC Asian Film Festival

3 April 2021, 19:01 WIB
The Boy with Moving Image, film panjang buatan sineas Bandung /TBWMI/

JURNAL GAYA-The Boy with Moving Image menjadi film panjang pertama dari Bandung  yang ditayang di 15th Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

The Boy with Moving Image (TBWMI), merupakan fitur film pertama dari Roufy Nasution yang dibuat bersama beberapa sineas muda Bandung Raya di bawah payung Cinemora Pictures dan Aksa Bumi Langit.

Selama 103 menit, The Boy with Moving Image (TBWMI) menjadi curahaan kegelisahan Roufy yang tidak bisa ia tuangkan ke dalam film pendek. Dalam film ini Roufy juga mencoba menangkap beberapa momen-momen diluar kebiasaan manusia yang berkemungkinan terjadi dalam hidup manusia.

Baca Juga: Disindir Ibu Kandung Aurel, Atta Halilintar Sengaja Pamer 3 Mobil Kesayangannya Pada Pernikahannya

Menceritakan sosok Vaiyang yang diperankan oleh Bryancini, seorang sutradara yang ingin menyewa sebuah rumah untuk keperluan shooting yang kebetulan ditinggali oleh seorang
perempuan bernama Ning (Nithalie Louisza).

Pertemuan cepat itu berujung kepada diperbolehkannya Vaiyang menggunakan rumah Ning, asalkan sutradara muda tersebut mau menemani Ning hingga hari dimana ajalnya tiba. Melalui adegan-adegan film TBWMI dan visi artistiknya, sang sutradara ingin menambahkan keberagaman genre dan bentuk dalam khazanah perfilman Indonesia bahkan dunia.

Melalui potret yang sederhana, interaksi Vaiyang dan Ning dikemas dengan pendekatan natural dan organik.
Dzikri Maulana sebagai Produser film TBWMI.

“Berharap bahwa film ini bukan hanya menjadi sekadar film, tetapi menjadi sebuah gerakan yang membangkitkan ekosistem film independen di Bandung agar dapat terus eksis karena bertahun-tahun belum ada lagi yang berani membuat fitur film independent fiksi di bandung," ujar Roufy. 

Baca Juga: Penuh Haru Ketegaran Krisdayanti Ambruk di Pernikahan Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar

TBWMI telah diputar pertama kali pada program Indonesian Splash yang diselenggarakan oleh festival Jogja Asian-NETPAC Film Pacific pada tanggal 27 Desember 2020 lalu. Pada 2021 diharapkan film TBWMI sudah dapat dinikmati di beberapa bioskop Indonesia dan tentunya di berbagai ruang pemutaran alternatif komunitas film Indonesia.

Karena karya ini tidak bisa terwujud tanpa adanya bantuan komunitas- komunitas film Bandung Raya khususnya dan komunitas film di Indonesia pada umumnya.
Film The Boy with Moving Image menjadi berbeda karena mengusung semangat guerrilla filmmaking yang selama beberapa tahun ini, belum adalagi pergerakan sinema di kota bandung untuk berkolaborasi bersama dalam membuat fitur film.

Melalui film ini, para sineas Bandung yang berasal dari berbagai komunitas film di Bandung tergabung dalam Tim TBWMI memberanikan diri dan percaya untuk membuat sebuah gerakan dengan semangat independensi untuk berkarya dengan sepenuh hati.
Guerilla filmmaking sendiri merupakan pembuatan film dengan cara yang tidak konvensional. Pembuatannya mengacu pada film independen yang bercirikan anggaran, kru dan alat yang sederhana.

Namun dengan segala keterbatasan, itu malah menjadi semangat bagi kami kru TBWMI untuk berkarya semaksimal mungkin dalam mewujudkan cita-cita kami bersama dalam film ini.

Dengan segala keterbatasan yang ada, film in itelah diputar pada gelaran Festival Jogja Asian-NETPAC, yang merupakan salah satu festival film terbesar di Asia. The Boy With Moving Image, juga berhasil masuk nominasi Piala Maya 2021 dengan katagori Film Cerita Panjang Eksebisi Non-Reguler Terpilih.

"Segenap kru berharap film The Boy With Moving Image dapat menjangkau penonton seluas-luasnya, dan semoga semangat yang dibawa dalam karya ini dapat menjadi motivasi bagi para pembuat film di luar sana bahwa berkarya dapat dilakukan meskipun dengan keterbatasan," pungkasnya. ***

Editor: Dini Yustiani

Tags

Terkini

Terpopuler