JURNAL GAYA- Dibalik layar, para kru memberikan kesan mereka terhadap pembuatan ONE PIECE Live Action. Serial manga terlaris sepanjang masa karya Eiichiro Oda, ONE PIECE, telah dicintai oleh penggemar di seluruh dunia sejak tahun 1997.
Serial ini berkisah tentang seorang anak lelaki dengan impian, Monkey D. Luffy (Iñaki Godoy) berusaha menjadi Raja Bajak Laut dan menemukan harta karun bajak laut Gold Roger, One Piece.
Sepanjang perjalanannya, Luffy membentuk kru Nakama dan rekan sekapal — pendekar pedang Roronoa Zoro (Mackenyu), pencuri Nami (Emily Rudd), marksman Usopp (Jacob Romero), dan Sanji (Taz Skylar) — yang telah mengarungi volume manga Oda-Sensei selama 26 tahun.
“Matt, showrunner kami, dia adalah seorang superfan. Siapa yang lebih baik untuk membuat adaptasi selain seorang superfan?” kata Skylar saat produksi.
“Oda dan bahan sumbernya, desainnya, selalu menjadi bintang utara, petunjuk kami,” kata Owens.
Menggunakan manga Oda-Sensei sebagai fondasi serial ini memberikan banyak peluang bagi tim ONE PIECE untuk memberikan "Telur Paskah" atau hadiah kepada para penggemar sambil membawa cerita ke media baru.
Namun, bagian tersulitnya adalah mencari tahu alur cerita apa yang ingin mereka bagikan untuk musim pertama dan bagaimana merangkai cerita latar belakang Topi Jerami.
Di sinilah Pojok Pertanyaan SBS Oda (bagian di mana dia menjawab pertanyaan penggemar di akhir bab manga) berperan.
“Penuh dengan cerita latar belakang karakter dan tanggal lahir serta tinggi badan, dan makanan favorit mereka,” kata Maeda.
Meskipun volume manganya berwarna hitam-putih, Color Walks karya Oda (buku ilustrasi, seni konsep, dan sampul manganya) terbukti sangat berharga bagi tim produksi.
Amanda Ross-McDonald, penata rambut dan tata rias serial tersebut, mengatakan bahwa karena Color Walks Oda menampilkan semua karakter berwarna menjadi sebuah “kitab suci” yang digunakan untuk menentukan corak rambut semua karakter.
Dia menyebutkan bagian paling menantang dari karyanya adalah memberikan warna dan kehidupan pada karakter tanpa terlihat seperti cosplay.
Timnya mencapai keaslian tersebut dengan menggunakan rambut manusia asli dalam wig - Nami, Shanks (Peter Gadiot), dan Zoro, misalnya, semuanya mengenakan wig dan masing-masing memiliki setidaknya dua wig.
Untuk menambah dimensi, mereka juga mewarnai rambut dalam berbagai warna berbeda. Coba lihat Nami - dia memiliki highlight coklat, merah, oranye, kuning, dan emas di rambutnya.
Ross-McDonald bukan satu-satunya yang terikat pada materi tambahan Oda. “Saya menggunakan Color Walk sebagai buku induk mutlak, yang saya baca terus-menerus,” kata desainer kostum Diana Cilliers.
“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa saat membacanya dan saya sangat terkesan dengan kejeniusan karya Oda.” Cilliers ingin memastikan dia dan timnya tetap berpegang pada “karakter luar biasa” yang diciptakan Oda dalam interpretasinya.
Mendesain topi jerami Luffy sendiri merupakan tantangan yang cukup besar, karena mereka menjahit sekitar 45 topi untuk produksinya.
Lalu ada kepala karet yang sangat realistis dan prostetik yang direkatkan yang semuanya sengaja dirancang agar terlihat seperti aslinya agar serial ini terasa lebih nyata, dan untuk membenamkan pemirsa dalam dunia Oda.
Perancang prostetik Jaco Snyman dan timnya menciptakan prostetik untuk hidung Buggy the Clown (Jeff Ward) dan semua kru manusia ikan Arlong (McKinley Belcher III).
Dia sangat menikmati penciptaan Arlong yang “kuat”, dan Snyman hadir untuk mengingatkan Anda bahwa meskipun Arlong dan manusia ikannya “memiliki warna kulit yang gila, mulut dan insang yang besar, pada akhirnya mereka hanyalah manusia biasa.”
Ngomong-ngomong, departemen prostetik juga membuat ponsel siput untuk acara tersebut. “Saya suka bermain dengan mereka,” kata Snyman. “Aku punya satu di kantorku.”***