SCTV Trending karena Film G30S PKI, Netizen: Kalo Kudeta Gagal, Kenapa Pak Karno Turun Jabatan?

27 September 2020, 13:55 WIB
Cuplikan suasana nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI. /ANTARA/

JURNALGAYA - Meski diperbedatkan, SCTV tetap menayangkan Film Pengkhianatan G30S/PKI hari ini, Minggu 27 September 2020 pukul 12.00 WIB.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini diproduksi tahun 1984, disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer, diproduseri oleh G Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Syubah Asa.

Film ini diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar Rp 800 juta, angka yang besar untuk saat itu.

Baca Juga: Jagal dan Senyap, Sisi Lain Masa Kelam Indonesia yang Tak Ada di Film Pengkhianatan G30S PKI

Film yang disponsori pemerintahan Orde Baru Soeharto ini dibuat berdasarkan versi resmi pemerintah kala itu dari peristiwa Gerakan 30 September atau G30S yang berupaya mengkudeta pemerintah tahun 1965.

Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau dikenal G30S/PKI merupakan peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia pada 1965. Gerakan ini berlatar belakang sebuah kudeta yang menewaskan tujuh jenderal pada masa itu.

Netizen menyambut film ini. Mereka meramaikan Twitter dan mengajak pengguna media sosial tersebut menonton Film Pengkhianatan G30S PKI yang tengah tayang di SCTV saat ini.

Baca Juga: Lubang Buaya, Saksi Sejarah Kebiadaban G30S PKI, Bagaimana Kondisinya Sekarang?

Berikut komentar netizen yang dirangkum Jurnalgaya:

"SCTV, very bad quality film," tulis @Nouna_jessica.

"Kalo kudeta yg dilakukan PKI gagal, mengapa Pak Karno tetap turun jabatan?" tutur Zaki.

"Yuk kita nonton G30S PKI di SCTV, biar pada tau sejarah klean semua," ungkap Iwan Adianto.

"mantap jam segini ada film sejarah Pengkhianaan Gerakan 30 Sptember PKI. yg suka film sejarah yuk dilihat SCTV," tulis RiyanBaladewa.

Sinopsis:

Dalam film ini, digambarkan bagaimana peristiwa kudeta yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI) tersebut.

Peristiwa G30S/PKI terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965. Peristiwa tersebut diawali dengan penculikan terhadap sejumlah perwira militer.

Baca Juga: 5 Fakta Film Pengkhianatan G30S PKI, Produksi Termahal hingga Propaganda

Mereka disiksa dengan keji. Setelah itu mereka dimasukkan ke sebuah lubang. Kekejian tersebut digambarkan dengan detail dalam film ini.

Ada tujuh jasad yang dimasukkan dalam lubang dalam kondisi hidup tersebut. Lubang tersebut kini menjadi situs sejarah yang dinamakan Lubang Buaya.

Pada 3 Oktober 1965, jasad-jasad tersebut diangkat dan dikuburkan dengan semestinya pada 5 oktober 1965.

Film berdurasi lebih dari 3 jam tersebut awalnya mengisahkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum saat itu kemudian beberapa rapat rencana kudeta yang dilakukan PKI.

Puncaknya, di bawah pimpinan PKI, pasukan militer mendatangi rumah tujun jenderal untuk menculik mereka. Mereka kemudian dibawa ke sebuah daerah untuk disiksa.

Salah satu adegan mengharukan adalah saat kelompok militer mendatangi rumah perwira TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.

Scene tersebut menampilkan sang jenderal yang lengkap mengenakan seragam militar tampak tak takut saat rumahnya dikepung.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING ILC TV One: Ideologi PKI Masih Hidup?

DI Pandjaitan masih tampak tenang meski sudah diberitahu bahwa dua keponakannya telah ditembak. Saat sudah berhadapan dengan para tentara, DI Pandjaitan pun ditembak mati karena melawan saat hendak dipukul.

Keluarga yang mengetahui hal itu langsung menangis histeris, berlari, dan menyebut nama ayahnya.

Scene menarik lainnya adalah saat Ade Irma Suryani Nasution ditembak oleh kelompok militer saat akan menjemput Jenderal AH Nasution.

AH Nasution selamat dari peristiwa tersebut. Namun sang anak meninggal. Nama Ade Irma pun diabadikan dalam beberapa taman bermain di Indonesia.

Baca Juga: 4 Film yang Membahas G30S PKI, Ada Senyap hingga Jagal, Ini Link-nya

Film ini dibintangi oleh Bram Adrianto sebagai Kolonel Untung, Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto, Umar Kayam sebagai Presiden Soekarno, Syubah Asa, Ade Irawan dan lainnya.

Pada masa Orde Baru film ini menjadi tontonan wajib. Memasuki masa reformasi ditandai dengan lengsernya Soeharto, film ini tidak wajib ditonton.

Baca Juga: Kehebohan Film Pengkhianatan G30S PKI Sengaja Diciptakan, Politisasi Isu Komunis?

 

Editor: Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler