Fenomena Kawanan Monyet Turun ke Rumah Penduduk di Bandung, Pakar ITB Kemukakan 3 Kemungkinan Berikut

1 Maret 2024, 18:51 WIB
Kawanan monyet di atap sebuah bangunan Universitas di Sukaluyu, Kota Bandung pada Rabu, 28 Februari 2024. /Istimewa/

JURNAL GAYA - Fenomena turunnya kawanan monyet dari habitat aslinya di utara Kota Bandung, mengejutkan warga. Monyet-monyet tersebut menaiki rumah-rumah penduduk bergerombol dan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya.

Fenomena monyet ekor panjang tersebut terjadi sejak Rabu, 28 Februari 2024, dan videonya banyak beredar di media sosial.

Ilmuwan dari ITB yang juga menjadi Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, S.Si., menjelaskan terdapat 3 kemungkinan penyebab monyet ekor panjang berkeliaran atau turun ke permukiman warga di Kota Bandung.

Baca Juga: Manjakan Pecinta Kopi, KAI Daop 2 Bandung Suguhkan 3750 Cup Kopi Gratis dan Diskon Tiket 20 Persen!

Sampai hari Kamis, 29 Februari 2024, kawanan monyet tersebut masih terlihat di permukiman warga Kota Bandung bergelantungan dan berpindah-pindah dari genting, kabel, hingga memasuki area luar rumah warga.

Menurut Ganjar Cahyadi, terdapat tiga kemungkinan penyebab monyet turun ke permukiman warga di Kota Bandung.

"Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya," Jelasnya kepada media, Kamis, 29 Februari 2024 seperti dikutip JG dari laman resmi ITB.

Menurut Ganjar, jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat. Hal ini karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.

"Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain," katanya.

Penyebab kedua, mungkin hewan ini mencari makan ke tempat lain karena di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak.

Baca Juga: Sinopsis Cinta Untuk Guddan ANTV Hari Ini 1 Maret 2024: SEDIH SEKALI! Guddan Pergi Tinggalkan Akshat

Penyebab ketiga, mungkin adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Beliau mengatakan, hewan ini membentuk kelompok-kelompok. Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya. "Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap 'kosong' atau tidak dikuasai oleh kelompok lain," tuturnya.

Hal tersebut dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.

Baca Juga: Jadwal Acara GTV Hari Ini 1 Maret 2024, Saksikan Serunya Big Movies Platinum: Mega Crocodile, Cold War 2

Warga diharapkan tidak mengganggu kawanan monyet

Ketika monyet ekor panjang memasuki permukiman, beliau mengimbau warga agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan mereka. Hal ini dilakukan agar hewan tersebut tidak mengalami perubahan perilaku yang mengancam manusia.

"Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti 'mencuri'. Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan," ujarnya.

Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.

"Meski mereka primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan), mereka pun bisa juga berpindah di atas tanah bahkan bisa juga berenang. Karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu, dan disudutkan, khawatirya akan mengubah perilakuknya sehingga lebih mengancam manusia," tuturnya.

Setelah ke Permukiman Warga, Akankah Monyet Ekor Panjang Kembali ke Habitatnya?

Beliau mengatakan, ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, mereka akan kembali lagi ke tempat asalnya.

"Karena secara alami mereka tinggalnya di sana, tidak di sini (permukiman warga)," katanya.

Namun, untuk penyebab pastinya, kata beliau, perlu dilakukan pengecekan langsung. Beliau pun sudah berdiskusi dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang menangani kasus tersebut dan saat ini tengah dilakukan pengecekan.

Jika terjadi situasi yang mengancam, beliau mengimbau warga agar melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait, salah satunya BBKSDA Jabar, untuk dapat ditangani.***

Editor: Juniar Rodianur

Sumber: itb.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler