Komentari Film G30S PKI, Netizen Ajak Hidayat Nur Wahid Nonton Film Jagal dan Senyap

27 September 2020, 17:18 WIB
Cover Film G30S/PKI /

JURNALGAYA - Film Pengkhianatan G30S PKI diputar kembali di SCTV Minggu 27 September 2020 mulai pukul 12.00 WIB.

Penayangan film ini disambut masyarakat maupun tokoh di Indonesia. Salah satunya politisi PKS, Hidayat Nur Wahid.

"SCTV tepati janjinya, tayangkan Film PENGKHIANATAN G30S-PKI. #JAS MERAH!," tulis dia dalam akun resmi Twitternya @hnurwahid.

Dalam cuitannya, Hidayat ingin mengajak masyarakat untuk tidak melupakan sejarah. Atau ia menyebutnya Jas Merah yang merupakan kepanjangan dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

Cuitan Hidayat Nur Wahid ditanggapi beragam oleh netizen. Salah satunya komentar dari @doni_rao:

"Pak Dewan, setelah itu, baiknya juga nobar film "Jagal" dan "Senyap". Agar perspektif kita makin kaya dan berwarna. #JasMerah," tulis @doni_rao.

"Emg itu film apaan sih?? Kok yg fanatik Rezim suka bgt komen film kek gitu? Emg itu isinya tentang apa? PKI itu korban?? #SeriusNanya," tutur @MeylanStevia.

Baca Juga: Film Pengkhianatan G30S PKI, Hidayat Nur Wahid: JAS MERAH!

Dikutip Jurnalgaya dari berbagai sumber, selain Film G30/S-PKI, ada beberapa film yang juga menceritakan masa-masa kelam Indonesia. Yakni Soe Hok Gie, Jagal, dan Senyap.

Film Soe Hok Gie ditayangkan di bioskop Indonesia. Film ini lebih menceritakan tentang sosok Soe Hok Gie. Kisah PKI-nya sendisi hanya dibahas sekilas.

Ada dua film lainnya yang memang diangkat untuk menceritakan sisi lain kejadian di masa lalu yang tidak terungkap di Film Pengkhianatan G30S PKI.

Kedua film dokumenter tersebut adalah Jagal (The Act of Killing) dan Senyap (The Look of Silence).

Baca Juga: Jagal dan Senyap, Sisi Lain Masa Kelam Indonesia yang Tak Ada di Film Pengkhianatan G30S PKI

Jagal, yang lebih dulu hadir dan memenangi banyak penghargaan, mengambil sudut pandang pelaku pembantaian. Sementara Senyap, yang rilis November 2014, mengambil perspektif penyintas dan keluarga korban.

Senyap yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Film The Look of Silence adalah film dokumenter kedua karya sutradara berkebangsaan Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer dengan tema sentral pembantaian massal 1965 setelah film Jagal.

Senyap menyoroti kisah Adi, seorang penyintas dan keluarga korban yang menghadapi kenyataan ketika dirinya dan keluarganya dituduh sebagai bagian dari PKI.

Walaupun tema sentralnya sama, film ini berbeda dengan film Jagal yang menyoroti sisi pelaku pembantaian.

Film Senyap pertama kali diputar di Indonesia pada 10 Desember 2014 secara serentak di berbagai kota, sebagai bagian dari peringatan Hari HAM Sedunia.

Baca Juga: SCTV Trending karena Film G30S PKI, Netizen: Kalo Kudeta Gagal, Kenapa Pak Karno Turun Jabatan?

Seperti film pendahulunya, Jagal, film Senyap juga masuk nominasi Oscar untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik. Film Senyap adalah film produksi Indonesia pertama yang masuk dalam nominasi Oscar.

Pengambilan gambar dilakukan di Sumatera Utara bersamaan dengan pembuatan Jagal. Sebagian besar gambar diambil antara 2010 sampai 2012.

Pemutaran perdana internasional diselenggarakan di Venice International Film Festival pada bulan Agustus 2014, sekaligus berkompetisi memperebutkan Golden Lion.

Pemutaran perdana dan peluncuran film Senyap di Indonesia diselenggarakan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Dewan Kesenian Jakarta pada 10 November 2014 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Mulai 10 Desember 2014 film Senyap diputar serentak di berbagai kota di Indonesia dalam rangka memperingati hari HAM sedunia.

Baca Juga: Sinopsis Film Pengkhianatan G30S PKI di SCTV: Pembunuhan Keji 7 Jenderal

"Film Senyap, saya harap, menjadi sebuah puisi tentang kesenyapan yang lahir dari teror—sebuah puisi tentang pentingnya memecah kesenyapan itu, tetapi juga tentang trauma yang datang ketika kesenyapan itu dipecahkan," tutur Jushua Oppenheimer.

Meski bergaya film dokumenter, Senyap dan Jagal tetap bisa membawa emosi penonton. Lewat cerita kekejian di masa kelam Indonesia dulu, penonton diajak untuk melihat cerita lebih utuh.

Bagaimana orangtua kehilangan anaknya, kakak kehilangan adiknya, anak kehilangan ayah atau ibunya, dan bagaimana pembunuhan besar-besaran yang terjadi di masa itu digambarkan dalam film itu.

 

Editor: Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler