Enggan Mati Suri Karena Pandemi, EAZZ Persembahkan LaguThe Greatest Part From Ocean Eyes

- 14 September 2020, 09:44 WIB
/Jurnalgaya.com/Dok EAZZ
 
- Pandemi Covid-19 masih belum berlalu. Namun industri musik tak boleh ikut mati suri.
 
Semangat itu pun hadir lewat musisi muda Alfi Fisrifan dengan moniker EAZZ yang kembali berkarya lewat singel terbaru berjudul The Greatest Part From Ocean Eyes, pada Jum’at, 11 September 2020.
 
Kehadiran EAZZ sekarang, dinilai berbeda dibandingkan sebelumnya. Melihat materi terdahulu, kini Alfi menempuh proses pendewasaan serta referensi musik yang lebih segar. 
 
Single The Greatest Part From Ocean Eyesadalah buktinya. 
 
"Referensi yang dimainkan, berbeda jauh dengan lagu-lagu kemarin. Sekarang lebih sendu, sementara kemarin nada-nadanya ceria. Kiblat musik saja sudah beda, terpengaruh oleh Beach House, Slowdive, dan Sigur Ros,” ujar Alfi kepada JurnalGaya, Senin 14 September 2020.
 
Ia mengatakan, tema dalam The Greatest Part From Ocean Eyes juga terkesan lebih muram. Hal ini mengisyaratkan tentang hubungan beracun yang dijalani oleh sang teman dan mantan pasangannya. 
 
Pengalaman buruk tersebut, sedikit banyak diwakili lewat siratan lirik lagu.
“Teman saya sampai berhenti jadi atlet karena mantan pacarnya posesif. Terus suka marah-marah enggak jelas bahkan menyakiti diri sendiri. Hal tersebut dilakukan berulang-ulang sampai teman saya sadar, hubungan yang dia jalani enggak sehat,” terang Alfi.
 
Pemaknaan lagu pada dasarnya dibuat secara tak sengaja, yakni dimulai dari percakapan ringan. Namun karena masalah tersebut kompleks, Alfi lantas mengemasnya dengan lebih serius.
 
“Dampak toxic relationship itu besar buat diri sendiri, ada perang batin yang lantas mengganggu sekali bahkan saat kita mau melakukan aktivitas sehari-hari,” tuturnya.
 
Menurutnya, proses penggarapan lagu berlangsung dari Maret hingga Agustus 2020. Varis Sechan (Hometracks Studio) masih membantu penataan vokal, drum oleh Harish (Aillis), sementara Alikbal Rusyad (The Pandora Labs) kembali dipercaya menangani mixing serta mastering.
 
Seperti Santiago, tokoh dalam literatur klasik The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway, kita adalah manusia yang berjuang dalam analogi lautan asing, ikan marlin, serta kawanan hiu ganas. Tak hanya sosok dalam lagu, mungkin kita juga menghadapi hal serupa.
 
Tanpa banyak bicara, waktu mampu menjawab bagaimana seseorang tumbuh dan berevolusi. Hal ini turut berlaku buat Alfi alias EAZZ.***
 
 

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x