Racik Gaya Masker Fashionable, Bentuk dan Fungsinya Harus Tetap Berstandar Medis

- 10 September 2020, 08:56 WIB
/PINKI HENDARTO/


JURNAL GAYA - Masa pandemi Covid-19 membuka banyak mata dan hati untuk berbagi. Orang-orang tergerak untuk saling membantu, dengan apa yang bisa mereka upayakan. 

Tidak terkecuali desainer fashion Pinky Hendarto. Sejak April ia memproduksi masker kain dan juga busana APD (Alat Pelindung Diri).
 
Pinky memproduksi masker sebagai bagian dari fashion, sekaligus bentuk kepedulian terhadap protokol kesehatan. 
 
 
 

Ada beragam jenis masker kain yang diproduksinya. Antara lain masker katun biasa, masker premium dengan bahan batik tulis, masker couple, masker keluarga serta masker cantik dengan aplikasi manik-manik. 
 
Untuk materialnya, ada batik tulis, katun premium (Swiss dan Jepang), scuba, satin, dan lace. Setiap maskernya terdapat kantong pada bagian dalam yang bisa diisi tissue, carbon active, atau masker medis.

"Masker semakin banyak bentuknya.  Mulai dari masker dengan potongan ala Korea dan masker dengan pola lipit. Kami terus eksplorasi bentuknya, namun tetap memperhatikan sisi fungsi dan kenyamanannya," ujar Pinki kepada JurnalGaya.
 
Bicara soal kenyamanan, Pinki terus melakukan banyak kreativitas. Sisi yang membedakannya dari masker kain biasa, terdapat kawat anti karat pada bagian hidung, serta desain yang bisa disesuaikan dengan bentuk wajah agar benar-benar pas.
 
Untuk harganya, dijual secara satuan maupun paket. Untuk masker keluarga mulai dari Rp20 ribu hingga Rp75 ribu. Meski dijual untuk umum, masker kain tersebut juga dibagikan secara gratis bagi mereka yang membutuhkan.
 
Seperti pedagang kaki lima, supir ojol, tukang sampah, tukang parkir, atau siapapun yang ditemuinya dijalan dan tidak mengenakan masker, pasti dibagikannya secara gratis.

Selain masker, Pinky mulai berinisiatif memproduksi baju APD (hazmat coverall) sejak beberapa Rumah sakit di Jawa Tengah kekurangan APD, dan keberadaannya pun langka di pasaran. 
 
Tentu saja, Pinky memproduksi baju APD menyesuaikan standar medis serta terlebih dahulu berkonsultasi dengan para dokter dan perawat. Ia juga melakukan uji coba sebelum memproduksi dan mendonasikannya ke RS.
 
Hingga kini, APD hasil produksinya telah terdistribusi di beberapa rumahsakit di Semarang, Tegal, bakhan Bali. Dalam memproduksi masker maupun APD, Pinky tidak mengambil keuntungan sama sekali.
 
"Hasil penjualannya semata untuk pendapatan para penjahit, supaya mereka tetap mendapatkan penghasilan selama masa pandemi ini. Secara pribadi, ia ikut senang menjadi bagian dalam melawan pandemik ini," paparnya.

Disamping misi kemanusiaan, Pinky mengatakan, saat ini masker sudah menjadi gaya hidup. Tak hanya berfungsi sebagai pelindung dari virus, kuman, debu dan asap, tetapi juga harus terlihat modis untuk menunjang penampilan. 
 
Pemilik Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo Semarang tersebut akan mengeluarkan koleksi set masker dan busana yang senada. Ia menyebutnya sebagai Masker in Fashion.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x