Serunya Naik Lori Era Kolonial Belanda di Kaki Gunung Tilu, Turunan Tajamnya Menegangkan!

- 3 September 2020, 14:48 WIB
/DINI YUSTIANI/JURNALGAYA.COM/


JURNAL GAYA -  Sejarah kelistrikan di Indonesia, tak lepas dari campur tangan pemerintahan Belanda di masa lampau. 

Jangan cuma kata cerita, yuk kita melancong ke salah satu lokasi heritage, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan, Kabupaten Bandung.

Ada hal menarik saat kita melongok tempat bersejarah ini. Berlokasi di lereng Gunung Tilu, Kecamatan Pangalengan, seluruh elemen pembangkit ini masih mempertahankan warisan asli kolonial Belanda. 
 

Meski mendekati usia seabad, baik turbin, gedung hingga lori pengangkut di area ini tetap bisa beroperasi dengan baik. 
 
Rupanya, PT Indonesia Power sebagai perusahaan pembangkit, punya jadwal berkala untuk merawat semua aset peninggalan ini agar tak lapuk dimakan usia.

Tilik ruang pembangkitnya yang berlokasi di cekungan curam Gunung Tilu. Tanpa lori, sepertinya pembangkit ini sulit terjangkau karena treknya yang melelahkan. 
 
Beruntung, para ahli pembangkit Belanda membuatkan kereta pengangkut ini sebagai moda yang memudahkan pekerja naik turun dari lokasi.

Aset zaman Belanda ini masih kita gunakan setiap hari untuk kelangsungan sumber listrik yang berasal dari PLTA Lamajan untuk keandalan listrik Jawa Bali. 

"Selain turbin, gedung, ada juga lori yang kondisinya masih layak angkut. Kapasitas maksimalnya mencapai 2 ton penumpang yang siap angkut dari atas ke bawah menuruni tebing begitupun sebaliknya," ujar Manajer Sipil dan Lingkungan (MSL) Saguling POMU, Novy Heryanto, belum lama ini di PLTA Lamajan, Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Di zamannya, si lori Lamajan ini sangat andal. Terbukti di usianya yang nyaris satu abad, lori ini masih aman digunakan. 
 
Jujur sih, saat naik agak seram juga melihat penopangnya yang hanya mengandalkan seutas tali baja yang terbentang dari atas hingga ujung area turbin.

Namun Novy memastikan nih TemanBaik, kalau PLTA Lamajan punya manajemen tata kelola yang baik sehingga semua sarana masih terawat dengan baik.

"Kita punya agenda evaluasi sarana per 12 minggu, sementara total perawatan dan pengecekan periodik dilakukan 52 kali dalam setahun. Totalnya ada 250 aset warisan Belanda yang kini kami rawat. Tujuannya memang untuk menjaga keandalan listrik," tambah Novy.

Masih tentang lori antik, Novy menegaskan kalau kereta pengangkut ini jadi daya tarik sendiri saat dinaiki pada tamu di luar karyawan Indonesia Power maupun PLN. Sensasinya yang bikin degdegan membuat orang - orang penasaran pengin menjajalnya.

Sayangnya, PLTA Lamajan termasuk Obyek Vital Nasional sehingga statusnya masih menjadi area terbatas. Meski kerap dijadikan spot selfie dan tempat jalan kaki, petugas setempat tetap tak memperbolehkan kalangan umum menaiki lori.

"Tidak tertutup kemungkinan untuk dijadikan destinasi wisata dan edukasi. Tapi karena enggak bisa sembarangan, kami juga tak memperkenankan kalangan umum untuk naik lori ke bawah. Pertimbangannya sih keamanan ya," tegasnya.

SPV Senior PLTA Lamajan, Jajang Sujana menceritakan, Pembangkit ini mendapatkan sumber air dari Situ Cileunca, Pangalengan yang kemudian dialirkan lewat terowongan air dari PLTA Plengan, ke Lamajan dan terakhir ke PLTA Cikalong. 

Selanjutnya, air yang sudah dimanfaatkan menjadi sumber listrik limbahnya enggak dibuang loh, tapi digunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Bandung. Sayangnya saat ini debit airnya lagi kering.

"Sumber air yang kita gunakan sebagai pembangkit berasal dari 7 anak sungai yang mengalir ke Situ Cileunca. Lewat sarana air itulah PLTA Lamajan bisa memproduksi listrik hingga 140 juta Kwh per tahun," katanya.

Buat yang penasaran ingin menyambangi PLTA Lamajan dan Cikalong, yuk sesekali melancong ke tempat ini. Selain menikmati alamnya yang memesona, kita juga bisa bawa bekal ilmu loh soal sistem pembangkit listrik peninggalan Belanda.***




 

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x