Ahli Virus ITB: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Bebas dari Tripsin Babi

29 Maret 2021, 21:02 WIB
Ahli Virus ITB: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Bebas dari Tripsin Babi. /ANTARA/

JURNAL GAYA - Polemik dan perdebatan terkait vaksin Covid-19 AstraZeneca yang disebut mengandung tripsin atau enzim hewani, dijawab oleh ahli virus atau virologis dan Dosen Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Dr. rer. nat. apt. Aluicia Anita Artarini.

 Aluicia Anita Artarini mengatakan, bahwa vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca sudah terkonfirmasi tidak mengandung tripsin (enzim) hewani, namun tripsin enzim yang menyerupai jamur.

Sebelum Aluicia mengumumkan hasil penelitianya, vaksin AstraZeneca sempat menjadi trending karena banyak yang menyebut vaksin Covid-19 ini mengandung tripsin babi. Untuk menjawab rasa penasaran publik, Anita pun menegaskan AstraZeneca bebas dari tripsin babi.

Baca Juga: Innalillahi, Pemain Film Pengkhianatan G 30 S PKI Meninggal Dunia

"AstraZeneca tidak menggunakan tripsin hewan pada proses produksinya dan di akhir, tripsin itu tidak ada," kata Anita, dikutip dari ANTARA, Senin 29 Maret 2021.

Lebih lanjut ahli virus dari ITB ini juga mengemukakan,  AstraZeneca dalam pembuatannya menggunakan tripsin enzim yang berasal dari jamur dan dibuat khusus untuk vaksin COVID-19. Hal ini tertuang dalam dokumen AstraZeneca dan tim Oxford yang melakukan uji klinis.

Selanjutnya, Tripsin tersebut juga tidak dimasukkan ke dalam formula vaksin, namun hanya digunakan sebagai pemotong sel mamalia yang dibeli AstraZeneca dari supplier Bank Sel.

"Itu adalah enzim yang mirip dengan aktivitas tripsin dan dari jamur yang dibuat dengan cara rekombinan," papar Anita.

Baca Juga: Viral Seorang Ustadz Sebut Orang Islam Baik Jadi Teroris, Mahfud MD: Jadi Masalahnya Ada di 'Moral'

Seperti diketahui AstraZeneca dan Oxford membeli sel HEK 923 dari supplier yang bernama Thermo Fisher sebagai salah satu bahan pembuatan vaksin.

Sifat sel mamalia sendiri menempel pada wadahnya, sehingga akan menyulitkan proses pertumbuhan jumlah sel untuk menjadi lebih banyak dan peneliti membutuhkan protein enzim tripsin untuk memotong agar sel tidak menempel pada wadah.

"Tripsin ini kalau kelamaan bersama-sama dengan selnya malah mati. Jadi kayak pisau bermata dua, itu dibutuhkan untuk memotong saja pada wadahnya, kalau sudah lepas ya sudah," kata Anita.

Anita mengatakan hingga saat ini hanya sel HEK 923 yang dapat digunakan untuk memperbanyak adenovirus.

"Mungkin kalau teknologi sudah bisa berkembang, ada sel lain yang bisa dipakai. Itu satu, dan kalau virus dari sel mamalia berarti harus pakai sel mamalia, ini bukan untuk virus COVID aja tapi virus apapun," ujar Anita.

"Nah bisa enggak kalau kandungannya diganti? Kalau kandungannya diganti, analisanya beda lagi. Proses manufaktur dan isinya diubah, ada risiko keamanan makanya akan ada uji klinis. Saya rasa yang diterima di negara maupun isinya sama," pungkasnya. ***

Editor: Dini Yustiani

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler