Peternak Ayam Rakyat Menjerit, Kini Pebisnis Besar Ikut Bersaing di Pasar Becek,

3 Agustus 2021, 23:59 WIB
Peternak Ayam Rakyat Menjerit, Kini Pebisnis Besar Ikut Bersaing di Pasar Becek, /pinsar/

JURNAL GAYA - Akibat adanya bisnis yang diduga kurang sehat di pasaran, kini peternak rakyat menjerit lantaran persaingan semakin tidak sehat.

Keluhan itu pun datang dari para petrenal rakyat yang tergabung diPerhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar).

Pinsar menilai, para peternak ayam saat ini sulit untuk survive karena adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand akibat pengusaha besar ikut mengambil market pasar yang “becek”.

Imbasnya, para pengusaha ayam yang sudah terlebih dahulu berjalan, terdampak oleh munculnya pengusaha besar dengan modal yang tak terbatas.

Wakil Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Abbi Angkasa Perdana Darmaputra mengatakan, sebenarnya PSBB atau PPKM yang diberlakukan tidak berpengaruh pada kondisi peternak ayam.

“Sebenarnya, mau PPKM Darurat, mau itu PSBB, mau musibah Covid-19, suplai dan demand sudah lazim terjadi sudah jadi mekanis pasar.

Yang jadi masalah adalah, pasar lasar ‘becek’ ini yang diyakini masyarakat dan yang pengusaha besar memenuhi market mereka 70 persen,itu diperebutkan dan dihajar bersama sama,” ungkap Abi dalam keterangannya, Selasa 3 Agustus 2021.

Baca Juga: Jadwal Besok SIM Keliling Online Kabupaten Subang Selasa, 3 Agustus 2021

Menurut Abi, hal itulah yang menyebabkan harga ayam semakin terpuruk.

Dia menambahkan, ada dua sisi yang perlu dibahas dan dibenahi. Pertama, menurut dia, pemerintah sebenarnya sudah baik dalam mengatur suplai ayam.

Namun, sisi lainnya, iklim usaha di tengah masyarakat yang terkesan saling “gontok-gontokan”

Menurutnya, peternak ayam yang berada di gunung, yang telah hidup berpuluh tahun dari hasil ayam, kini terancam karena adanya pemodal besar yang ikut masuk ke pasar “becek”.

Dia juga menyoroti adanya distribusi ayam antar wilayah. Dia mencontohkan, truk ayam dari Jawa Timur dan Jawa Tengah bisa dengan leluasa masuk ke Jawa Barat.

Menurutnya, Hal tersebut sangat tidak baik bagi iklim usaha para peternak yang ada di Jawa Barat.

Belum lagi, kata Abi, bukan hal tidak mungkin jika truk pengangkut ayam dari Jawa Tengah dan Jawa Timur membawa serta penyakit karena membawa ayam hidup di mana truk pasti banyak kotoran ayamnya.

Menurut Abi, benteng-benteng karantina tidak berjalan. Menurut dia, perlu adanya penyekatan distribusi ayam antar wilayah.

“Beda cerita kalau ayam-ayam itu sudah disembelih, sudah dibersihkan datang dengan mobil dingin,” ungkapnya.

Menurut dia, pemodal besar harusnya melakukan hal itu saat dibawa ke Jakarta, atau ke Tanjung Priuk atau ke storage. Tapi masalahnya adalah, mereka membawa dengan “satu paket penyakit” seperti penyakit ayam, penyakit manusia, kotoran ayam semua menembus jalan tol.

Dia pun mempertanyakan mengapa ayam hidup bisa masuk ke wilayah lain, seperti ayam hidup Jawa Tengah masuk ke Jawa Barat.

Untuk itu, perlu adanya sebuah peraturan tegas bahwa ayam hidup tidak bisa masuk ke suatu daerah lain. ***

Editor: Dini Yustiani

Tags

Terkini

Terpopuler