Waspada! Kepala BMKG Sebut Wilayah Ini Paling Rawan terhadap Gempa Bumi Berpotensi Tsunami

4 Oktober 2021, 23:02 WIB
Ilustrasi Tsunami /Yuni Astuti/Pexels

JURNAL GAYA - Salah satu bencana alam yang mengerikan di negeri ini adalah tsunami. Selain menimbulkan korban harta dan nyawa, tsunami pun menjatuhkan banyak korban psikologis karena mereka kehilangan orang yang dicintainya.

Oleh karena itu, sejumlah cara dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya tsunami di Indonesia, termasuk mewaspadai sejumlah daerah yang diduga rawan terhadap tsunami.

Dilansir dari laman Antaranews, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, paling rawan terhadap gempa bumi berpotensi tsunami jika dibandingkan dengan daerah lainnya.

"Cilacap ini ibaratnya suatu wilayah yang kotanya langsung berada di pantai, beda ya, misalnya Purworejo kotanya kan jauh dari pantai, Kebumen jauh dari pantai. Yang langsung di pantai dan aset nasional ada di Cilacap, ada Pertamina, ada PLTU, dan sebagainya, itu infrastruktur yang vital," katanya di Cilacap, Senin.

Baca Juga: Cek Ini! 5 Makanan Pencegah Kanker Payudara Menurut Ahlinya, No 2 Sering Kita Konsumsi Sehari-hari!

Dwikorita Karnawati mengatakan hal itu kepada wartawan di sela kegiatan penyusuran jalur evakuasi dalam rangkaian peluncuran sistem peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio dan aplikasi Sirita (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert).

Ia pun menegaskan jika terjadi suatu hal terhadap objek vital yang ada di Cilacap tersebut, nasional akan lumpuh sehingga hal itu harus diamankan.

Oleh karena itu, kata dia, kegiatan penyusuran jalur evakuasi bencana tsunami tersebut juga melibatkan berbagai pihak seperti Pertamina, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Indonesia Group), PLTU, dan sebagainya.

"Jadi, kita kerja bareng. Peringatan dini atau mitigasi bencana itu akan sia-sia kalau kita kerja sendiri-sendiri," katanya.

Sementara itu, terkait dengan keberadaan jalur pipa dalam tanah milik Pertamina yang menjadi bagian jalur evakuasi bencana tsunami, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa pihaknya menyarankan jalur tersebut lebih baik tidak dijadikan sebagai jalur evakuasi jika ada pilihan lain.

Baca Juga: Biro Pengendalian Narkotika (NCB) Menemukan Narkoba Milik Aryan Khan di Kotak Lensa dan pembalut wanita!

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak buruk dari ancaman gempa megathrust berkekuatan lebih dari 8 Skala Richter yang berpotensi terjadi di selatan Jawa.

"Jadi daripada gambling, nyawa jangan untuk gambling, tutup saja. Kan masih banyak jalur yang lain," katanya menegaskan.

Terkait dengan keberadaan sirine peringatan dini bencana tsunami (early warning system/EWS), Dwikorita mengaku pernah mendapatkan data jika Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memasang ratusan sirine di berbagai wilayah Indonesia yang selanjutnya dihibahkan ke pemerintah daerah.

"Itu kami data, EWS yang sudah tidak berfungsi, itu puluhan, mungkin hampir 100 atau bahkan lebih, kenapa? Life time-nya sudah habis, dipasang sudah 10 tahun yang lalu dan biaya pemeliharaannya mahal, apalagi di Cilacap ini kan (kena) korosi," katanya menjelaskan.

Baca Juga: Cinta Amara 4 Oktober 2021: Afandy Minta Amara Memanggilnya Papa, Inggrit Bongkar Dalang Kecelakaan Miranti

Solusinya yang ditawarkan oleh Dwikorita adalah menggunakan alternatif lain berupa sistem informasi peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio dan aplikasi Sirita berbasis Android.

Sementara itu, Wakil Bupati Cilacap Syamsul Aulia Rachman mengatakan pihaknya menyampaikan terima kasih kepada BMKG atas kepeduliannya kepada masyarakat Cilacap untuk kesekian kalinya karena kabupaten tersebut merupakan salah satu daerah yang berpotensi terkena ancaman gempa megathrust berkekuatan 8,7 SR dan dapat mengakibatkan terjadinya gelombang setinggi 12 meter.

"Alhamdulillah tadi sudah disimulasikan rute atau jalur untuk evakuasi. Intinya, bagaimana kita memetakan, memitigasi agar masyarakat nanti berada pada jalur yang tepat, termasuk pemanfaatan gedung-gedung yang tinggi seperti Politeknik Negeri Cilacap karena kemungkinan di Politeknik itu ketinggian gelombangnya maksimal masih 3 meter, jadi yang bisa dimanfaatkan (untuk evakuasi) di lantai tiga dan empat," katanya menjelaskan.

Menurutnya, simulasi dan penyusuran jalur evakuasi tersebut dilakukan bukan didasari oleh harapan tsunami itu terjadi melainkan bagian dari kesiapsiagaan masyarakat jika bencana tersebut benar-benar terjadi.

Baca Juga: Putri untuk Pangeran, 4 Oktober 2021: Atta Tidak Mau Bercerai, Pangeran Selamatkan Putri yang Hampir Tertabrak

Terkait dengan sirine EWS tsunami yang rusak, dia mengatakan suku cadang perangkat yang sebelumnya hibah dan saat sekarang dikelola Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat itu susah sekali diperoleh.

"Akhirnya kalau kita menganggarkan (untuk perbaikan) mungkin enggak ketemu lagi karena sudah puluhan tahun yang lalu. Saya setuju karena sekarang zamannya teknologi, kalau kita bisa memanfaatkan teknologi, tentunya ini akan lebih mudah," katanya.

Ia mengharapkan sistem informasi peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio maupun aplikasi Sirita yang berbasis Android secara perlahan mampu menggantikan sirine EWS tsunami yang mengalami kerusakan akibat dimakan waktu. ***

Editor: Dini Yustiani

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler