JURNAL GAYA - Kabar mengejutkan datang dari pelaku pelecehan seksual 12 anak laki-laki di Kota Tarakan Kalimantan Utara. Pelaku yang dengan tega mencabuli anak-anak di bawah umur juga diduga menderita penyakit kelamin.
Selain penderitaan psikis karena mengalami pelecahan, para korbannya juga harus mengalami penderitaan fisik karena penyakit kelamin HIV AIDS yang diduga diderita pelaku E (25) yang dengan tega meruda paksa mereka.
Kasus pelecehan seksual dengan modus melakukan penipuan di media sosial lalu mengancam akan menyebarkan foto asusila yang dikirimkan korbannya, menjerat 12 anak laki-laki di bawah umur.
Seperti dikutip JURNAL GAYA dari ANTARA, Selasa, 28 Desember 2021, Polres Tarakan memberikan keterangan kepada media kalau pelaku masih menjalani pemeriksaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tarakan dan diduga mengidap virus HIV/AIDS.
Bila hasil pemeriksaan akhir menunjukkan positif HIV/AIDS, maka masa depan para korbannya juga harus diperhatikan pemerintah.
Tersangka kasus pelecehan seksual terhadap 12 anak laki-laki di Tarakan berinisial E (25) saat ini diduga positif terinfeksi HIV/AIDS.
"Saat ini tersangka E masih menjalani pemeriksaan di Dinas Kesehatan Kota Tarakan kemungkinan positif HIV," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Tarakan Iptu Muhammad Aldi, di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa, 28 Desember 2021 kepada media.
Selanjutnya, menurut Kasat Reskrim apabila nantinya tersangka positif HIV AIDS, maka langkah selanjutnya melakukan pemeriksaan kesehatan juga kepada para korban.
Iptu Muhammad Aldi juga menjelaskan kalau pihaknya akan melakukan pemeriksaan kejiwaan kepada tersangka oleh psikolog yang kompeten untuk mengetahui kondisi kejiwaannya.
"Saat ini baru dua korban yang melaporkan atas kejadian pencabulan dengan ancaman, sementara korban yang lain belum," kata Aldi.
Menurut Aldi, pihaknya berhasil menangkap tersangka E pada Sabtu (25/12) di daerah Juata, Tarakan, Kalimantan Utara.
Tersangka sendiri kesehariannya bekerja sebagai sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Tarakan.
Modus perbuatan pelaku menjerat para korbannya dengan cara membuat akun palsu menggunakan foto perempuan di media sosial. Para korban anak lelaki itu rata-rata berusia 15 sampai 16 tahun dan masih duduk di bangku SMP.
Setelah korbannya terjerat, mereka disuruh mengirimkan foto korban yang memperlihatkan alat vitalnya. Foto itu menjadi alat untuk mengancam para kobrna.
Selanjutnya, pelaku mengajak korban untuk kopi darat dan bertemu di suatu tempat yang telah disiapkan pelaku, saat pertemuan berbekal foto para korban diancam untuk mengikuti semua kehendaknya atau pelaku akan menyebarkan foto korban.***