Bikin Nelangsa, Pencarian Korban Gempa Turki Diterpa Cuaca Dingin, Mayat Bergelatakan di Jalan

7 Februari 2023, 10:13 WIB
Korban dan kerusakan akibat gempa Turki pada Jumat, 30 Oktober 2020.* /Twitter/@AJplus

JURNAL GAYA - Gempa bumi dahsyat menewaskan setidaknya lebih dari 3.700 orang di seluruh wilayah Turki dan barat laut Suriah pada Senin, 6 Februari 2023.

Di kota Iskenderun, Turki, tim penyelamat memanjat tumpukan puing yang dulunya merupakan bagian dari unit perawatan intensif rumah sakit pemerintah, untuk mencari korban selamat.

Petugas kesehatan melakukan apa yang mereka bisa untuk menangani serbuan baru pasien yang terluka.

Seorang perempuan berusia 30-an terlihat berdiri di luar rumah sakit. Dia menyeka air mata dan berdoa.

"Ada pasien yang dioperasi tapi kami tidak tahu apa yang terjadi," katanya.

Baca Juga: Sinopsis Suami Pengganti 7 Februari 2023: Ariana Kaget Ketahui Saka dan Dinda Batal Menikah

Presiden Turki Tayyip Erdogan, menyebut gempa kali ini sebagai bencana bersejarah dan gempa terburuk sejak 1939. Dia juga mengatakan pihak berwenang akan melakukan semua yang mereka bisa.

"Semua orang mengerahkan hati dan jiwa mereka ke dalam upaya evakuasi meskipun musim dingin. Cuaca dingin dan gempa yang terjadi pada malam hari, membuat segalanya menjadi lebih sulit," katanya.

Gempa kedua cukup besar untuk merobohkan lebih banyak bangunan. Seperti gempa yang pertama, gempa susulan pun dirasakan di seluruh wilayah.

Hal ini tentu membahayakan tim penyelamat yang berjuang untuk menarik korban dari reruntuhan.

Di Suriah yang telah dirusak oleh perang saudara selama lebih dari 11 tahun, kementerian kesehatan mengatakan 711 orang telah tewas.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV 7 Februari 2023, Pesta Drakor Populer Mulai dari 18 Again hingga Legend Of The Blue Sea

Kemudian di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak, pekerja darurat mengatakan setidaknya 733 orang tewas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan 4,1 juta orang dari mereka terlantar akibat konflik dan hanya tinggal di kamp-kamp.

Selama ini mereka bergantung pada bantuan kemanusiaan lintas batas di Suriah barat laut.

"Masyarakat Suriah secara bersamaan dilanda wabah kolera yang sedang berlangsung, musim dingin yang ekstrim, termasuk hujan lebat dan salju selama akhir pekan," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York.

Baca Juga: Close Friend Instagram Bocor, Song Hye Kyo Ketahuan Unggah Foto Pria di Medsos, Pacar Baru?

Di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah, rekaman di Twitter menunjukkan dua bangunan tetangga runtuh satu demi satu, memenuhi jalan-jalan dengan debu yang mengepul.

Dua rumah penduduk kota yang rusak parah akibat perang, mengatakan bangunan-bangunan itu ambruk beberapa jam setelah gempa yang terasa hingga ke Siprus dan Lebanon.

Di kota Hama yang dikuasai pemerintah Suriah, seorang jurnalis Reuters melihat seorang anak yang tampaknya tak bernyawa dibawa dari reruntuhan sebuah bangunan.

Di kota Jandaris yang dikuasai pemberontak di provinsi Aleppo, gundukan beton, batang baja, dan tumpukan pakaian tergeletak di tempat bangunan bertingkat dulu berdiri.

Seorang pemuda kurus dengan tangan yang diperban, menyiratkan kepanikannya dan berkata,

"Ada 12 keluarga di bawah sana. Tidak ada satu pun yang keluar. Tidak ada satu pun!"

Raed al-Saleh dari Syria White Helmets sebuah layanan penyelamatan di wilayah yang dikuasai pemberontak atau lebih dikenal sebagai penyelamat orang-orang dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara), mengatakan mereka berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang berada di bawah reruntuhan.

Televisi pemerintah Suriah juga menunjukkan tim penyelamat mencari korban selamat dalam hujan lebat dan hujan es.

Baca Juga: Catat! Resep Tteokpokki, Camilan Khas Korea yang Cocok Nemenin Kamu Drakoran

Di kota Diyarbakir, Turki, wartawan Reuters melihat lusinan petugas penyelamat mencari melalui gundukan puing dari sebuah bangunan besar.

Mereka mengangkut puing-puing saat mencari korban selamat. Kadang-kadang mereka mengangkat tangan, lalu menyerukan orang sekitar agar diam agar bisa mendengar suara tanda-tanda kehidupan.

Dalam sebuah rekaman yang dirilis oleh badan darurat AFAD, terlihat di kota Malatya, Turki, seorang pekerja penyelamat merangkak ke dalam bangunan yang runtuh, mencoba mengidentifikasi seorang korban selamat yang terperangkap di bawah reruntuhan.

"Warna apa yang kamu kenakan? Apakah kamu memakai warna pink? Tolong jaga dirimu untuk saat ini, aku tidak bisa melihat yang lain," kata petugas penyelamat.****

 

Editor: Dini Budiman

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler