Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud Serang Iran pada Sidang Umum PBB

24 September 2020, 16:57 WIB
Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. /Instagram/@kingsalman

JURNALGAYA - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud secara terbuka mengkritik Iran dalam pidato di hadapan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) ke-75, Rabu 23 September 2020.

Penguasa Arab Saudi ini mendesak masyarakat dunia mencari jalan keluar atas sikap Iran yang dinilai mendukung aksi terorisme.

Melansir Middle East Eye, Kamis 24 September 2020, raja berusia 84 tahun itu tampak kesulitan membaca pidato dari setumpuk kertas yang dia pegang sambil tidak melihat ke kamera.

"Pengalaman kami dengan rezim Iran telah mengajarkan kami bahwa solusi parsial dan ketenangan tidak menghentikan ancamannya terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Raja Salman.

Baca Juga: Covid-19 Serang Pedesaan, Presiden Jokowi Instruksikan Penyaluran Bansos Diterima Warga Desa

Raja Salman menuturkan Arab Saudi memiliki tujuan untuk menjalin persahabatan dengan Iran selama beberapa dasawarsa terakhir, tapi Iran diduga telah meningkatkan "kegiatan ekspansionis" dan membangun "jaringan teror" di seluruh Timur Tengah.

Iran juga disebut menyebarkan "kekacauan, ekstremisme, dan sektarianisme".

Arab Saudi dan Iran tidak pernah akur. Ketegangan di antara kedua negara meningkat sejak awal perang saudara di Yaman pada 2015 seiring dengan kemunculan Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman.

Pada 2016, pengunjuk rasa Iran menggeledah kedutaan besar Saudi di Teheran sebagai tanggapan atas eksekusi ulama Syiah di Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr.

Setelah mencaci Iran, Raja Salman menyatakan dukungan secara diam-diam atas kesepakatan normalisasi antara Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Israel. Dia mendukung semua upaya untuk memajukan perdamaian.

Baca Juga: Sewa Helikopter Rp 28 Juta untuk Kepentingan Pribadi, Ketua KPK Firli Bahuri Divonis Bersalah

"Kami mendukung upaya pemerintah AS saat ini untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah," ujarnya.

Akan tetapi, Raja Salman menegaskan kembali komitmen kerajaan terhadap prakarsa perdamaian Arab 2002 yang isinya menawarkan pengakuan atas Israel hanya dengan imbalan penarikan Israel dari wilayah Arab, dan mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Raja Salman juga membahas konflik di Yaman dan menyalahkan Iran atas krisis yang terjadi di sana. Arab Saudi telah memimpin koalisi militer regional melawan pemberontak Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran.

"Mereka terus menargetkan warga sipil di Yaman dan di kerajaan," ucapnya, seraya menuduh Houthi mengganggu pengiriman bantuan internasional dan menolak meredakan konflik.

Baik Houthi maupun koalisi pimpinan Arab Saudi telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang itu.

Baca Juga: Pelatih Persib Robert Rene Alberts: Saya Sangat Kecewa pada PT LIB

Kelompok HAM menyalahkan Arab Saudi dan sekutu mereka, Uni Emirat Arab, karena serangan udara yang mereka lakukan menghantam bangunan tempat tinggal, rumah sakit, sekolah, pemakaman, dan pabrik selama lima tahun terakhir.

Akibatnya banyak warga sipil menjadi korban atas serangan itu.

Raja Salman juga menuturkan bahwa kerajaan "tidak akan ragu" mempertahankan keamanan nasionalnya, tapi dia menyuarakan dukungan terhadap upaya yang dipimpin PBB untuk menemukan solusi bagi perang di Yaman.

Selain itu, Raja Salman turut menyerang kelompok Hizbullah di Libanon lewat pidatonya.

Dia menyebut kelompok yang didukung Iran itu sebagai "organisasi teroris".

Saat mengungkapkan simpati kepada rakyat Libanon atas ledakan di pelabuhan Beirut, Raja Salman mengatakan ledakan itu akibat dari "hegemoni" Hizbullah atas negara tersebut.

"Agar persaudaraan rakyat Libanon dapat mencapai aspirasi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran mereka, organisasi teroris ini harus dilucuti," ucapnya.***

Editor: Dini Yustiani

Tags

Terkini

Terpopuler