Hadapi Ketidakpastian Covid-19, SBM ITB Usulkan Skenario Energi dan Transportasi pada Jokowi-Ma'ruf

16 Oktober 2020, 15:37 WIB
Ilustrasi transportasi umum. /Pixabay/Free-Photos/

JURNALGAYA - Menjelang satu tahun Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin, Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan rumusan rekomendasi kebijakan di sector energi dan transportasi.

Pakar energi Center for Policy and Public Management (CPPM) SBM ITB, Ahmad Yuniarto menyampaikan tiga kemungkinan skenario sektor hulu migas yang dihadapi Indonesia hingga tahun 2023.

Skenario yang dinamakan VisiPetro itu yakni Skenario Puting-Beliung, Skenario Musim Barat, dan Skenario Pancaroba.

Baca Juga: 5 Potret Pernikahan Nikita Willy dan Indra Priawan, Bikin Pangling!

Praktisi migas ini mengungkapkan, meski bernama seperti cuaca, ketiga skenario tersebut sesungguhnya menunjukkan iklim sektor hulu migas Indonesia, yang dipengaruhi dua faktor yaitu pengelolaan pandemi dan konsolidasi industri.

“Skenario Puting-Beliung adalah situasi ketika dampak pandemi tak terkendali dan industri hulu migas tercerai-berai,” ujar Ahmad Yuniarto dalam rilis yang diterima Jurnalgaya, Jumat 16 Oktober 2020.

Meskipun dampak pandemi dapat dikelola dengan efektif oleh pemerintah, jika industri hulu migas jalan di tempat karena iklim investasi yang tak kondusif, maka skenario yang mungkin terjadi adalah Musim Barat.

Baca Juga: Harga dan Spesifikasi Samsung Galaxy Tab A7, Ini Keunggulannya

Harapan akan muncul untuk sektor migas ini dalam Skenario Pancaroba.

Yakni ketika dampak pandemi dapat dikelola secara efektif dan industri hulu migas mulai menata asa, dengan mengedepankan dampak ekonomi multiplier effect dari sektor ini dan bukan sekedar mengutamakan pendapatan negara.

“Diharapkan skenario yang disusun 16 pakar energi ini dapat bermanfaat bagi pemerintah sektor ESDM terutama Migas dalam menata langkah ke depan. Fragility dari sektor hulu migas ini sangat terekspos dengan adanya situasi pandemi ini,” ungkap dia.

Baca Juga: Relawan Jokowi Kritik Pedas Penangkapan Petinggi KAMI, Khawatir Kembali ke Zaman Orba

Menanggapi pernyataan tersebut, Executive Director Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolin Wajong menambahkan, dibutuhkan langkah-langkah antisipasi untuk memitigasi risiko yang dapat muncul dari masing-masing skenario yang dapat terjadi di masa depan.

Yang terpenting bagi sektor industri yang setiap tahunnya berkontribusi lebih dari Rp 300 triliun adalah kerja sama dengan pemangku kepentingan untuk memperbaiki iklim investasi dan kinerja industri hulu migas di Indonesia.

Sementara itu dosen dan peneliti CPPM SBM ITB, Agung Wicaksono, menyampaikan kemungkinan tiga strategi di bidang transportasi public yang terdampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Sindir Pemerintah, Fadli Zon Sebut Kolonialis Belanda Lebih Manusiawi Perlakukan Tahanan Politik

Agung mengatakan, ada tiga skenario untuk pemulihan bisnis transportasi publik yakni Skenario Gridlock, Skenario Busway, atau Skenario Highway.

Mantan Direktur Utama Transjakarta ini menjelaskan, seperti Namanya, Skenario Gridlock menunjukkan kemungkinan situasi ketika kondisi pandemi Covid-19 berkepanjangan lebih dari 1 tahun dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi publik terus menurun karena kekhawatiran atas penularan di keramaian.

Akibatnya, gridlock alias kemacetan akibat penggunaan kendaraan pribadi berlebihan terjadi di mana-mana. Dan bisnis transportasi umum pun dikhawatirkan mengalami stagnasi bahkan kontraksi akibatnya.

“Skenario Busway bisa terjadi meskipun kondisi pandemi berkepanjangan lebih dari 1 tahun, namun kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan transportasi publik dapat pulih kembali,” imbuhnya.

Baca Juga: Habib Rizieq Dikabarkan Batal Pulang, FPI Minta Jokowi Pecat Dubes Indonesia di Arab Saudi

Sehingga mereka bisa meluncur di jalur busway bebas hambatan. Itu berarti bisnis transportasi publik dapat pulih kembali meski harus mengalami konsolidasi agar lebih solid.

“Peran operator transportasi publik dan pemerintah dalam memulihkan trust level dari masyarakat pengguna angkutan umum akan sangat penting,” kata dia.

Terakhir, skenario yang paling optimistis namun sulit terjadi adalah Skenario Highway, jalan bebas hambatan.

“Skenario ini bak angkutan umum meluncur di jalan tol bebas hambatan, karena ternyata pandemi Covid-19 bisa berakhir kurang dari 1 tahun. Meskipun cukup sulit terjadi karena telah 10 bulan pandemi ini belum dapat dipastikan ketersediaan solusinya, tentunya harapan itu tetap ada menjelang awal 2021 nanti,” ucap Agung.

 

Dari ketiga skenario yang dinamakan Skenario Post-Normal tersebut, kunci utamanya ada dua. Pertama, kemampuan pemerintah menangani pandemic.

Kedua, kesiapan operator mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan keselamatan angkutan umum. Jika itu bisa dilakukan, maka “IDE (Integrasi – Digitalisasi – Elektrifikasi) sebagai trend masa depan transportasi publik modern akan terwujud.

Agung juga menyarankan agar skema “buy-the service” (BTS) di mana pemerintah melalui BUMD/BUMN/BLU membayar layanan operator angkutan umum dengan skema Rupiah per Kilomoeter sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) tertentu dapat terus dijalankan.

Baca Juga: Bocorkan Target Menikah BLACKPINK, Light Up The Sky No. 1 di Sejumlah Negara

Selain TransJakarta yang telah berhasil menjalankannya, Kementerian Perhubungan juga telah menjalankan skema BTS ini di 5 kota pada tahun 2020.

Menanggapi skenario dan kebijakan yang direkomendasikan Agung, Sekjen DPP Organda Ateng Aryono menyampaikan, harapan masyarakat atas transportasi publik akan selalu tinggi, bahkan di tengah pandemi. Kolaborasi pemerintah dan operator diperlukan untuk memitigasi risiko dari pandemi yang dapat terjadi.

“Para pelaku usaha transportasi sangat berharap pemerintah mendengarkan masukan dari operator untuk terus meningkatkan pelayanan transportasi public,” ucap dia.

Baca Juga: Mahasiswa SBM ITB Ungkap Penghambat Investasi Industri Pertambangan di Indonesia

Sementara itu, Dekan SBM ITB Prof Utomo Sarjono Putro mengatakan, sangat penting melakukan scenario planning.

“Scenario planning adalah salah satu metode perencanaan yang paling sesuai dalam kondisi ketidakpastian, seperti pada masa pandemi akibat Covid-19 sekarang ini,” tutur Utomo.

Guru Besar Ilmu Keputusan dan Negosisasi ini mengatakan, pemerintah dapat menggunakan scenario planning untuk merumuskan masa depan yang penuh ketidakpastian, dan merencanakan opsi dan implikasi strategis yang perlu diambil.

Utomo menambahkan, salah satu misi SBM ITB adalah mengembangkan dan mendiseminasi pengetahuan untuk dunia usaha, pemerintah dan masyarakat.

Terutama dalam situasi pandemi seperti ini, di mana sektor energi terutama hulu migas dan sektor transportasi terutama angkutan umum yang sangat terdampak.***

Editor: Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler