"Saya tidak mengkondisikan macem-macem. Kerja fokus membereskan semuanya. Buzer //ge teu aya// (ga ada, red). Kalau ada kenaikan eletabilitas saya syukuri," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Mapolda Jabar, Senin (15/3).
Menurut Emil, bagi dirinya hidup ini kerja bukan dalam rangka ada kenaikan elektabilitas atau tidak. "Kira-kira begitu. Urusan 2024 tak matematis sekarang tinggi tidak selalu begitu. Saya hanya ingin Covid 19 ini beres," paparnya.
Sebelumnya, menurut Peneliti IndEX Research Hendri Kurniawan, fenomena survei pada Ridwan Kamil cukup menarik mengingat pada hasil survei bulan Mei dan November 2020 lalu, elektabilitas Ridwan Kamil hanya berkisar diangka 7-8 persen.
Menurut Hendri, ada kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil dari survei pada November lalu. Ia menduga, salah satunya dipengaruhi beberapa kebijakannya sebagai gubernur Jabar.
"Pak Ridwan Kamil ini relatif stabil, tapi memang ada kenaikan dia dibandingkan dari survei kami pada November 2020 lalu. Kenaikannya lumayan signifikan. Ini dipengaruhi kebijakan di daerahnya, itu asumsi kami karena itu tidak masuk dalam instrumen pertanyaan kami," ujar Hendri saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon seluler, Senin (15/3).
Selain itu, menurut Hendri, kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil turut dipicu aktivitas politiknya yang relatif tak berdinamika.
"Kalau Kang Emil gak ada satu hal yang bersifat menyerang dan mendelegitimasi dia," katanya.
Hendri menjelaskan, tingkat elektabilitas dan popularitas kandidat Capres 2024 dari kalangan kepala daerah punya fenomena yang hampir serupa. Karena itu, penting bagi kepala daerah untuk tetap menjaga popularitas dan elektabilitasnya dengan prestasi dan kinerja.
"Kalau kepala daerah yang elektabilitasnya relatif stabil ini karena program yang sudah dilakukan," katanya.