Anak Kecanduan Gawai di Jabar Kian Memprihatinkan, Orang Tua Diminta Perketat Kontrol

- 16 Maret 2021, 19:34 WIB
Anak Kecanduan Gawai di Jabar Kian Memprihatinkan, Orang Tua Diminta Perketat Kontrol.
Anak Kecanduan Gawai di Jabar Kian Memprihatinkan, Orang Tua Diminta Perketat Kontrol. /Sanye Lisnely/


JURNAL GAYA - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjenguk ratusan pasien anak kecanduan gawai di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 16 Maret 2021.

Di RSJ, Wagub sempat menyapa dan menanyakan kabar kepada empat pasien remaja. Kecanduan gawai pada anak di Jabar kian hari kian memprihatinkan terlebih sekarang waktu anak dengan gawai makin lama karena sekolah masih memberlakukan pembelajaran daring.

Pemdaprov Jabar memandang ini masalah serius dan perlu dicegah sejak dini. Wagub Uu meminta orang tua membatasi interaksi anak-anaknya dengan gawai. Kecuali untuk pembelajaran daring, penggunaan gawai oleh anak perlu diawasi ketat.

“Penting diketahui orang tua bahwa penggunaan gawai lebih dari enam jam per hari berbahaya bagi mental dan psikis anak,” ujar Uu usai berinteraksi dengan anak- anak pencandu gawai.

Baca Juga: Ridwan Kamil dan KPK Kumpulkan 27 Bupati/Walikota, Ada Apa?

Bukan hanya durasi, konten yang dibuka anak pun perlu diawasi agar tidak terpapar hal – hal negatif. “Orangtua untuk selalu mengawasi dan menemani anak-anak ketika menggunakan gawai pada setiap situasi dan kondisi,” kata Wagub.

Menurut Uu, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak kecanduan gawai terutama fitur game online dan platform media sosial. “Dia awalnya punya gangguan dengan stres, banyak mengurung diri, tidak punya teman kemudian dia pegang handphone, maka terjadilah adiksi,” ungkap Kang Uu.


Menurut Uu, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak kecanduan gawai terutama fitur game online dan platform media sosial. “Dia awalnya punya gangguan dengan stres, banyak mengurung diri, tidak punya teman kemudian dia pegang handphone, maka terjadilah adiksi,” ungkap Kang Uu.

Wagub melanjutkan, atau bisa saja anak awalnya tidak punya gangguan stres tapi karena tidak ada kegiatan bersama orang tua dan anak, maka mencuri – curi kesibukan dengan bermain gawai orang tua maupun miliknya sendiri.

Baca Juga: Polisi Mengamankan Seorang Pengunjung Sidang HRS yang Kedapatan Membawa Senjata Samurai

Untuk itu, kata Uu, penting bagi orang tua selalu memiliki kegiatan rutin interaktif yang sifatnya harian atau mingguan bersama anak. Jika dilakukan konsisten, anak akan merasa diperhatikan orang tua dan aktivitas bermain gawai menjadi tidak menyenangkan.

“Jangan biarkan anak murung sendiri di rumah atau di kamar. Anak harus diusahakan ceria, bergaul dengan orang tua dan teman. Tapi temannya dipilih dan dipilah juga,“kata Wagub.

Sebagai bangsa beragama, pendidikan agama sangat penting diterapkan orang tua, agar anak memiliki keseimbangan dan tujuan hidup. “Kalau tidak ada pendidikan ukhrowi kami khawatirkan tidak seimbang, akhirnya terjadi hal semacam ini,” kata Kang Uu.

Untuk meminimalisasi kecanduan gawai pada anak, salah satu cara yang dilakukan Pemdaprov Jabar adalah dengan membuat program Setangkai (Sekolah Aman Menggunakan Gawai). Dengan konsep dan pola untuk penerapan dan literasi pada guru, orang tua dan anak akan aman dan bijak dalam penggunaan gawai.

“Kami segera sosialisasikan pada masyarakat. Termasuk di awal di hari Selasa, kami akan mengundang minimal zoom meeting sekitar 1.000 orang yang mengurus anak-anak,” kata Uu.

Program Setangkai digagas awal 2020 sebelum pandemi COVID-19. Namun setelah pandemi Setangkai berubah arti menjadi Sekolah Aman Menggunakan Gawai. Ini adalah satu program unggulan di tahun 2021 – 2022.

“Jadi program ini sedang dikonsepkan bagaimana supaya memberikan literasi pada guru, orang tua dan anak. Mudah-mudahan akhir bulan ini,” pungkas Wagub.

RSJ Provinsi Jawa Barat mencatat sepanjang 2020 pasien berobat ke Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja total ada 104 pasien, yang mengalami masalah kejiwaan terdampak kecanduan games. Pada Januari – Februari ditemukan 14 kasus, sedangkan yang murni terdiagnosa kecanduan games pada 2020 sebanyak 8 orang.

Sedangkan sepanjang 2021 ini sudah ditemukan 5 kasus anak dan remaja kecanduan gawai. ***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah