JURNAL GAYA - Kasus kematian santri Ponpes Gontor akhirnya memasuki babak baru dengan turunnya penyidik dari Polres Ponorogo untuk mengusut.
Kasus kematin santri bernama AM (17) ini jadi viral di media sosial setelah pengacara kondang Hotman Paris menemui ibu korban yang bernama Soimah.
Ibu korban mengadukan kejanggalan kondisi jenazah anaknya kepada Hotman Paris dan diinfokan anaknya meninggal karena kelelahan saat kemping.
Saat menerima jenazah anaknya, Soimah mendapati banyak luka dan darah tidak berhenti mengalir dari tubuh anaknya.
Melalui Instagram miliknya @hotmanparisofficial, terungkaplah keinginan sang ibu Soimah untuk mendapatkan keadilan atas anaknya.
Seperti dilansir dari PMJ News, Kamis, 8 September 2022, tim dari Polres Ponorogo, Polda Jawa Timur, terus bergerak mengungkap kasus dugaan pembunuhan dan penganiayaan AM santri Gontor yang berasal dari Palembang.
AM merupakan santri dari Pondok Modern Darussalam Gontor yang diduga menjadi korban kekerasan dan penganiayaan.
Polisi telah memanggil sebanyak 18 orang saksi untuk dipwriksa dan diminta keterangannya agar mendapat titik terang kasus ini.
Terdapat dua orang yang diduga pelaku dan merupakan santri senior di lingkungan Ponpes Gontor.
Seperti dijelaskan oleh Kasat Reskrim Polres Ponorogo AKP Nikolas Bagas Yudhi Kurnia, saksi-saksi yang dipanggil berasal dari staf pengasuhan pesantren, dokter, dan beberapa staf IGD rumah sakit pesantren.
"Update ada 18 orang saksi yang diperiksa sampai hari ini. Untuk beberapa saksi lain akan kami update lagi," terang Nikolas, saat autopsi jenazah AM di TPU Sungai Selayur Palembang, Kamis, 8 September.
Untuk kepentingan penyidikan, polisi tidak menutup kemungkinan akan memanggil saksi lain sesuai hasil pemeriksaan.
Korban penganiayaan lainnya saat ini sudah bisa beraktivitas normal kembali mengikuti pendidikan di pesantren.
Sementara terduga pelaku sudah dikeluarkan dari Ponpes Gontor sebagai sanksi atas perbuatan mereka.
"Terduga pelaku saat ini masih proses pemeriksaan. Sudah ada dua orang. Santri semua, senior korban," pungkas Nikolas menjelaskan.***