Teleskop refraktor ganda Zeiss dihadiahkan oleh K.A.R. Bosscha kepada Observatorium Bosscha pada tahun 1928, yang menjadikan observatorium ini terbesar ketiga dan termodern di bumi bagian Selatan pada era itu.
Setelah upaya restorasi kondisi fasilitas dan pengelolaan yang terbengkalai selama Perang Dunia Kedua, pada tahun 1951 Observatorium Bosscha diserahkan oleh NISV ke Republik Indonesia melalui FIPIA Universitas Indonesia yang kemudian menjadi FMIPA Institut Teknologi Bandung. Ini sekaligus menjadi saat dimulainya pendidikan tinggi astronomi di Indonesia.
Baca Juga: Sampaikan Kabar di Tengah Rumor Balikan dengan HyunA, DAWN Resmi Gabung dengan AREA
Penguatan sumber daya manusia, perluasan kerja sama, pengembangan fasilitas, menghasilkan diversifikasi penelitian yang kemudian mencakup astrofisika bintang, Tata Surya, dan Galaksi Bima Sakti. Posisi Observatorium Bosscha yang dekat ekuator ke arah Selatan amat menguntungkan dalam area langit astronomis yang dapat dicakup.
Sebagai bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bosscha menjalankan amanah Tridharma Perguruan Tinggi dengan lingkup pekerjaan:
Penelitian:
(1) Pengamatan: Bulan, Matahari, Tata Surya, Bintang, dan Galaksi Bima Sakti;
(2) Komputasional dan teoretik: semua di atas, plus ekstragalaksi dan kosmologi; dan
(3) Pengembangan instrumentasi pengamatan dan IT: remote robotic telescope, monitor cuaca, optik, elektromekanik, dan pendukung instrumentasi pengamatan.
Sementara di bidang pendidikan mendukung program S1, S2, dan S3 Program Studi Astronomi dan memfasilitasi penelitian tugas akhir, tesis, dll, untuk mahasiswa ITB dan luar ITB.
Berlokasi di Lembang, Observatorium Bosscha juga hadir menjadi pusat penyampaian edukasi astronomi sebagai sains dan bahkan mengedukasi para siswa untuk sekolah dan masyarakat umum baik secara daring maupun luring.