Saksi Bisu, Pemakaman Ini Kuburkan Ribuan Jasad Bocah Belanda Korban Kamp Konsentrasi jepang

- 15 September 2020, 18:30 WIB
Makam kehormatan Belanda Pandu, Disini disemayamķan 4000 jazad termasuk jazad anak dan wanita Belanda yang menjadi korban kamp Konsentrasi Jepang di Perang Dunia II
Makam kehormatan Belanda Pandu, Disini disemayamķan 4000 jazad termasuk jazad anak dan wanita Belanda yang menjadi korban kamp Konsentrasi Jepang di Perang Dunia II /Jurnalgaya/denny suryadharma/Denny suryadharma

JURNALGAYA. Sunyi dan seakan masuk dalam dunia lain dengan atmosfer berbeda saat memasuki makam kehormatan Belanda (Ereveld) Pandu.

Meski matahari sedang bersinar terik, namun udara dingin langsung menyergap saat memasuki kawasan makam dengan luas kurang lebih 3 hektare ini.

 

Baca Juga: Konsumen Salon dan Spa di Bandung Hanya Boleh Treatment Maksimal 1 Jam


Beberapa pekerja berseragam coklat tua, tengah merapikan rerumputan dan memangkas ranting pohon. Semua tidak bersuara sedikitpun, seakan ingin cepat menyelesaikan pekerjaannya dan serega keluar dari kompleks yang sekelilingnya di beri pagar tinggi berwarna putih sebelum matahari terbenam.

Setelah beristiraha sejenak di semacam pendopo untuk mengisi daftar tamu, dan mengambil payung hitam besar kaki pun melangkah lagi ke area barat makam yang sangat rapih namun penuh dengan auara mistis ini.

 

Baca Juga: Preview The World of Married Episode 2: Sun Woo Mulai Menguak Perselingkuhan Sang Suami

Makam kehormatan ini sendiri diresmikan pada 7 Maret 1948. atau kira-kira sudah berusia 72 tahun. Tidak sembarangan untuk bisa masuk ke dalam area pemakaman korban perang dunia ke 2 dan pasca perang kemerdekaan RI ini. Makam kehormatan Belanda ini karena dikelola oleh Yayasan Makam Kehormatan Belanda atau Oorlogsgravenstichting, OGS yang berada di bawah pemerintahan Kerajaan Belanda.

Menurut salah seorang pekerja yang enggan disebutkan namanya, di makan ini terbaring tidak kurang 4000 jenasah korban peperangan saat melawan Jepang di masa Perang Dunia II (1941 - 1945 ).

"Dimakan ini juga terbaring jenasah korban perang masa revolusi setelah Perang Dunia II (1945-1949)" ujarnya.

 

Baca Juga: Sule Pamerkan Perempuan Cantik dengan Sebutan Mamah Baru, Siapakah Dia?



Makan Kehormatan Belanda ini, biasanya ramai dikunjungi antara bulan Agustus - Oktober dan Desember. Selebihnya sunyi, sepi sekelam sejarah Perang Dunia II yang memang selalu menyisakan duka dan kepedihan.

"Di malam - malam tertentu, kadang makam ini ramai oleh suara anak-anak seperti sedang bermain. Namun, saat di datangi semuanya sunyi, sepi dan gelap. Karena jika malam pintu pagar selalu terkunci" Ujarnya.

 

Baca Juga: Tertangkap Basah, V BTS Melakukan Sesuatu Pada Jeda Wawancara Radio MBC



Suara - suara itu biasanya muncul dari daerah tenggara, dimana disana dimakamkan jasad tak bernama orang - orang Belanda, laki-laki, perempuan dan anak-anak yang meninggal di dalam kamp konsentrasi Jepang semasa Perang Dunia II.

Derap langkah kaki seperti serdadu juga acap kali terdengar, dari sebelah kanan monumen utama. Dimana salah satunya adalah monumen Tjiater Kalidjati Soebang.

Monumen tersebut merupakan penghormatan akan tentara Belanda dan pasukan KNIL yang gugur dalam pertempuran di Kalijati Subang ini. Dibelakang monumen inipun banyak disemayamkan jenasah tak bernama.

Baca Juga: Fantastis, RM BTS Beli Lukisan Senilai 42 Ribu Dolar Amerika




Seperti masuk dalam suatu pusaran waktu, saat mendengarkan cerita dari Jacqueline Eva Purslow, Cucu dari dari GNR Joshua Tart yang gugur di duga kuat gugur dalam pertempuran Kalijati saat Jepang menyerang Belanda di lapangan terbang Kalijati Subang (lanud Suryadarma-saat ini)

Dalam pertempuran tak imbang itu, banyak menelan korban. Serangan Jepang di bawah komando Lentan Jenderal Sugawara Michio dari Divisi Udara III Jepang dan Kolonel Shoji berhasil mendarat di pantai eretan wetan Indramayu.

Dengan kekuatan pasukan 3000 personil Infantri yang dibagi menjadi 2 Batalyon masing - masing di bawah pimpinan Mayor Wakamatsu dan Mayor Egashira mendapat tugas dari Kolonel Shoji untuk mengusai Kota Bandung dan Cimahi.

Serangan di malam 28 Februari 1942 di tengah guyuran hujan deras membuat Belanda kewalahan dan akhirnya menyerah dengan ditandai perjanjian Kalijati.

Seperti apa kengerian dari ada peristiwa apa saja dalam perang kalijati Subang ini, hingga Belanda meninggalkan Jawa. Nantikan dalam tulisan berikutnya.****

Editor: Gayatri Pinandito


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah