Suhu Politik Memanas, Rakyat Timor Leste Terpaksa Gelar Pemilu 2 Kali dalam Setahun

- 26 September 2020, 17:39 WIB
Timor Leste
Timor Leste /Pikiran-rakyat.com

JURNALGAYA - Tak banyak terdengar, tiba-tiba Timor Leste memberikan kabar mengejutkan. Mulai dari isu kelaparan hingga karut marutnya politik di sana.

Bahkan, ketegangan politik di Timor Leste memaksa rakyatnya harus menjalani dua kali pemilu dalam setahun. Hal itu terjadi di tahun 2017-2018.

Pemilu pertama dilangsungkan pada Juli 2017. Hasilnya Alkatiri menang setelah mendapat 0,2 persen suara lebih banyak dari Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT).

Baca Juga: Ekonom: Ada Atau Tidaknya Pandemi Covid-19, Masa Depan Timor Leste Tak Pasti, Dihantui Kemiskinan

Sayangnya, belum setahun berkuasa, pemerintahan koalisi Fretilin yang dipimpin Alkatiri dibubarkan Januari 2018.

Kekuasaan pemerintah yang dipimpin Fretilin itu runtuh ketika upayanya untuk memperkenalkan program kebijakan dan anggaran baru digagalkan pihak oposisi.

Dikutip dari Zona Jakarta dalam berita Politiknya Carut Marut, Rakyat Timor Leste Harus Lakukan 2 Kali Pemilu dalam Setahun, kondisi tersebut membuat masyarakat Timor Leste mau tidak harus menggelar pemilu kedua pada Mei 2018.

Aliansi tiga partai yang dipimpin oleh pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao yang didukung CNRT bersaing melawan partai Fretilin mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Baca Juga: MotoGP Catalunya 2020: Valentino Rossi Sempat Tiga Besar, Melorot ke Peringkat Delapan pada Sesi FP3

Kedua belah pihak dalam pemilu menjanjikan pembangunan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan yang meluas di Timor Timur.

Rakyat Timor Leste pernah melakukan 2 kali pemilu dalam setahun karena ketegangan politik dalam negeri yang memanas.

Pemilu pertama dilangsungkan pada Juli 2017, hasilnya Alkatiri menang setelah mendapat 0,2% suara lebih banyak dari Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT).

Sayang, belum setahun berkuasa, pemerintahan koalisi Fretilin yang dipimpin Alkatiri dibubarkan pada bulan Januari 2018 lalu.

Baca Juga: Berikan Bunga Kejam, Ramos Horta: Bank Mandiri dan BRI Pembunuh Ekonomi Timor Leste!

Kekuasaan pemerintah yang dipimpin Fretilin itu runtuh ketika upayanya untuk memperkenalkan program kebijakan dan anggaran baru digagalkan pihak oposisi.

Mau tak mau rakyat Timor Leste harus menggelar pemilu kedua pada Mei 2018.

Aliansi tiga partai yang dipimpin oleh pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao yang didukung CNRT bersaing melawan partai Fretilin mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Kedua belah pihak dalam pemilu menjanjikan pembangunan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan yang meluas di Timor Timur.

Salah satunya soal ladang minyak dan gas Timor Leste yang diperkirakan akan habis pada tahun 2027 mendatang.

Baca Juga: Di Tengah Ancaman Kelaparan Timor Leste, Jose Ramos Horta Seret Nama Mi Instan Indonesia, Maunya Apa

Padahal cadangan minyak dan gas itu merupakan pendapatan yang digunakan untuk membayar sebagian besar pengeluaran pemerintah.

Timor Leste juga hanya memiliki sedikit sektor ekonomi produktif yang membuat negara ini semakin masuk ke dalam jurang kemiskinan.

PBB bahkan sampai memasukan Timor Leste dalam daftar Indeks Kemiskinan Multidimensi Global (MPI) 2020.

Timor Leste berada pada urutan ke-152 dari 162 negara termiskin di dunia.

Survey MPI 2020 pun menunjukkan bahwa Timor Leste memiliki nilai kemiskinan sebanyak 0,210 atau 45,8 persen.

Berdasarkan survey tahunan pada 2019, terdapat 559.000 orang yang berada di bawah kemiskinan atau 45,7 persen.

Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun 2018 yakni sebanyak 581.000 orang.***Hani Afifah/ZJ

 

Editor: Firmansyah

Sumber: The Guardian Al Jazeera Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah