Gempa Tsunami 20 Meter Kian Mengancam, Ini Solusi Kesiapsiagaan yang Dikembangkan UGM

- 27 September 2020, 22:16 WIB
/ANTARA

 

JURNAL GAYA - Belakangan, riset seismologi Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah menjadi sorotan lantaran hasil penelitiannya menyebutkan, pesisir selatan Pulau Jawa berpotensi Tsunami setinggi 20 meter.

Viralnya isu Tsunami 20 meter ini pun memunculkan banyak reaksi. 

Salah satunya Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengenalkan  pengembangan sistem pendeteksi dini bencana gempa.

Baca Juga: Lucas Moura Bawa Tottenham Hotspur Unggul Sementara dari Newcastle United

Baca Juga: MotoGP Catalunya 2020: Andrea Dovizioso Dipastikan Melorot, Jatuh saat Start

Alat pendeteksi gempa ini, diklaim mampu memprediksi satu sampai tiga hari sebelum terjadi gempa sehingga bisa menjadi sistem peringatan dini gempa bumi.

"Early warning system (EWS) gempa alogaritma yang kami kembangkan bisa tahu satu sampai tiga hari sebelum gempa. Jika gempa besar di atas 6 SR sekitar dua minggu sebelumnya alat ini sudah mulai memberikan peringatan," ujar Ketua tim riset Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, Prof. Ir. Sunarno melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu 27 September 2020.

Dilansir JurnalGaya dari ANTARA, Sunarno lebih jauh menjelaskan, teknologi peringatan dini gempa yang dikembangkannya bersama tim mengacu pada sistem kerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi.

Baca Juga: V BTS Ucapkan Apa Kabareu, ARMY : Kode BTS Akan Tur ke Indonesia?

Keadaan ini lazimnya akan terjadi gempa di lempengan, lalu muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah meningkat secara signifikan. Termasuk permukaan air tanah yang juga naik turun secara signifikan.

"Dua informasi ini dideteksi oleh alat EWS dan akan segera mengirim informasi ke handphone saya dan tim. Selama ini informasi sudah bisa didapat 2 atau 3 hari sebelum terjadi gempa di antara Aceh hingga NTT," ungkap Sunarno.

Menurutnya, sistem yang dikembangkan terdiri dari alat EWS yang tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik. Lalu, memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) di dalamnya.

Baca Juga: MENYEBALKAN Valentino Rossi Terjatuh! Gagal Naik Podium ke-200 di MotoGP

Di tahun 2018, Sunarno dan tim telah meneliti konsentrasi gas radon dan level air tanah sebelum terjadinya gempa bumi.

Pengamatan yang telah dilakukan kemudian dikembangkan hingga dirumuskan lah dalam suatu algoritma prediksi sistem peringatan dini gempa bumi.

Sistem ini terbukti telah mampu memprediksi terjadinya gempa bumi di Barat Bengkulu M5,2 (28/8/2020), Barat Daya Sumur-Banten M5,3 (26/8/2020), Barat Daya Bengkulu M5,1 (29/8/2020), Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 (1/9/2020), Barat Daya Pacitan M5,1 (10/9/2020), Tenggara Naganraya-Aceh M5,4 (14/9/2020), dan lainnya.

Baca Juga: F1 GP Rusia 2020: Valtteri Bottas Mampu Ungguli Max Vestappen dan Lewi Hamilton

Ia mengatakan sistem peringatan dini gempa ini telah digunakan untuk memprediksi gempa. Ada 5 stasiun pantau/EWS yang tersebar di DIY yang dalam setiap 5 detik mengirim data ke server melalui IoT.

"Lima stasiun EWS ini masih di sekitar DIY. Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT kita dapat memperkirakan secara lebih baik, yakni dapat memprediksi lokasi lebih tepat atau fokus," jelasnya

Ia mengemukakan, sistem deteksi tersebut dikembangkan sebagai mekanisme membentuk kondisi siaga masyarakat, aparat, dan akademisi untuk mengurangi risiko bencana.

Baca Juga: Komentari Film G30S PKI, Netizen Ajak Hidayat Nur Wahid Nonton Film Jagal dan Senyap

Baca Juga: Raksasa Google Berulang Tahun ke-22, Ini Pesan Doodle yang Isyaratkan Selalu Menjaga Jarak

Pasalnya, Indonesia berada di posisi 3 lempeng tektonik dunia menjadikannya rentan terjadi gempa bumi.

Sepertidi ketahui sepanjang 2019 telah terjadi 11.473 gempa bumi dimana aktivitas gempa bumi signifikan dengan magnitudo diatas 5,0 terjadi sebanyak 344 kali.

Sedangkan gempa kecil dengan kekuatan kurang dari magnitudo 5,0 terjadi sebanyak 11.229. Gempa-gempa tersebut tak hanya menyebabkan ratusan korban luka, tetapi juga merusak ribuan bangunan tempat tinggal dan fasilitas umum.

Baca Juga: KESAL, Guardiola Protes Keras Jadwal Pertandingan Manchester City Padat Saat Pandemi Covid-19

Dia mengatakan bahwa sistem peringatan dini gempa bumi ini akan terus dikembangkan hingga mampu memprediksi waktu terjadinya gempa secara tepat, lokasi koordinat episentrum gempa hingga magnitudo gempa.

Ia berharap pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi ini juga diharapkan dapat membantu aparat dan masyarakat dalam melakukan evaluasi penyelamatan penduduk lebih cepat.

Selainitu, menurut dia, alat itu juga bisa menjadi rekomendasi sistem instrumentasi untuk peringatan dini gempa bumi dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai prediksi gempa bumi sehingga selalu siap dan waspada terhadap bencana gempa bumi.***

 

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah