Ia mengungkapkan perbedaan pendapat dengan keluarga sempat ada akibat Muhajir memilih ke Indonesia.
Baca Juga: Suhu Politik Memanas, Rakyat Timor Leste Terpaksa Gelar Pemilu 2 Kali dalam Setahun
"Dulu kan anggaplah ideologi, namanya pilihan, mereka pilih merdeka, saya ingin bergabung dengan Indonesia itu artinya beda pendapat," kata Muhajir yang asli dari Kabupaten Viqueque, Timor Leste.
Sampai saat ini ia tinggal di Kampung Pengungsi eks TimTim di Noelbaki, NTT dimana Muhajir bersama pengungsi lainnya mengalami masa-masa sulit pada awalnya.
"Setahun pertama kami datang ke sini itu kegiatan (pekerjaan) tidak ada, karena dipikirnya itu akan kembali ke Timor-Timur lagi, makanya tidak ada aktivitas hanya tunggu saja bantuan kemanusiaan." ujarnya.
Baca Juga: Ekonom: Ada Atau Tidaknya Pandemi Covid-19, Masa Depan Timor Leste Tak Pasti, Dihantui Kemiskinan
"Pemerintah hanya bantu awal 1999 saja, habis bantuan kemanusiaan tidak ada, sekarang ini (rumah) kita bangun sendiri," kata Muhajir.
Muhajir sendiri kini tak lagi rindu kampung halamannya karena ia merasa damai dan bahagia hidup di Indonesia.
Pasalnya Muhajir menilai di Indonesia lebih aman karena pemerintah menjamin keselamatan warganya saat bekerja.
Muhajir juga enggan mengenang masa lalu buruk saat dirinya diteror kelompok kemerdekaan Fretilin.