Sementara, nama-nama lainnya yang sering dikaitkan netizen dengan Jokowi adalah Mahfud MD, Prabowo, Luhut B Pandjaitan, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Mahfud, Prabowo dan Luhut seringkali dikaitkan dengan berbagai kebijakan Jokowi dan nama yang seringkali dianggap “meluruskan” atau mengklarifikasi isu terkait kebijakan Jokowi. Sementara Ahok, lebih banyak muncul karena isu terkait Pertamina.
Baca Juga: Puan Maharani Sok Tegas kepada Jokowi: Pemerintah Harus Bekerja Lebih Keras!
“Media dan media sosial menjadi kanal dua arah yang mengakomodasi suara pemerintahan maupun suara masyarakat akar rumput, hingga suara oposisi. Namun dalam perkembangannya, perdebatan masyarakat di media khususnya media sosial lebih mudah membentuk opini masyarakat terkait citra pemerintahan, khususnya Presiden Jokowi,” ungkap Rustika.
Selain itu, media sosial juga efektif sebagai kanal propaganda, konsolidasi gagasan, hingga jadi kelompok penekan (pressure group) terhadap Pemerintah.
Tak heran, kata dia, bila media sosial menjadi pendorong aksi-aksi di lapangan, imbauan untuk demonstrasi dan perlawanan.
“Oleh karena itu, manajemen komunikasi menjadi sangat diperlukan. Hal itu setidaknya diperlukan untuk menjernihkan situasi, serta mengurangi disinformasi dan hoaks yang banyak berkeliaran di media sosial, yang pada gilirannya dapat memengaruhi persepsi publik tentang Jokowi,” pungkas Rustika. ***