Mendengar penjelasan Ayu, tuduhan Ibu mertuanya justru makin jauh. Ibu mertua Ayu menyimpulkan, berarti orang yang memakainan baju itu sudah melihat seluruh tubuh Ayu.
"Bu, jaga omongan Ibu. Mungkin saya ini buruk. Tapi, saya tidak sehina itu!" Ayu membantah.
"Itu kan menurut kamu. Kalau menurut Ibu, dan sebagian besar perempuan di dunia ini, wanita yang merebut suami orang itu paling rendah derajatnya, dan paling hina!"
"Bahkan, lebih rendah dari wanita penghibur, dan lebih kotor daripada sampah!"
"Jadi pantas, kalau dihukum seberat-beratnya! Ya … itu menurut Ibu!"
Mendengar semua yang terlontar dari mulut mertuanya, Ayu menjadi curiga.
"Ibu kenapa bisa ngomong kayak gitu, sih? Apa ini semua ada hubungannya dengan Ibu? Jangan-jangan … Ibu bersekongkol dengan orang yang mirip Mas Ilham? Kerja sama untuk ngerjain aku?" Ayu menduga-duga dalam hati.
"Ya … tapi semua sudah terjadi. Ibu, sih, hanya bisa mengambil hikmahnya aja. Karena ternyata, dalam hidup ini, kita harus hati-hati dalam memutuskan."
"Apalagi, dalam memilih pasangan hidup. Karena, salah memilih istri bisa berakibat fatal. Nyawa melayang!"