Sinopsis Film G30S PKI, Peristiwa Kudeta yang Tumbalkan 7 Jenderal, Munculkan Beragam Perdebatan

- 29 September 2022, 07:32 WIB
Sinopsis Film G30S PKI, Peristiwa Kudeta yang Tumbalkan 7 Jenderal, Munculkan Beragam Perdebatan
Sinopsis Film G30S PKI, Peristiwa Kudeta yang Tumbalkan 7 Jenderal, Munculkan Beragam Perdebatan /Instagram/


JURNAL GAYA - Film Pengkhianatan G30S PKI kerap ditayangkan pada tanggal 30 September setiap tahunnya, sejak diproduksi 1984.

Film yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer ini masih diperdebatkan. Ada sebagian pihak yang menganggap bumbu atau drama dalam film ini terlalu banyak.

 

Sehingga film ini meski diangkat dari kisah nyata hanyalah karya seni semata. Menanggapi hal tersebut, istri dari sutradara Film Pengkhianatan G30S PKI, Jajang C Noer angkat bicara.

"Semua yang ada dalam film diangkat dari kisah nyata, tidak ada yang ditambah-tambahkan," ujar Jajang dikutip Jurnal Gaya dari YouTube belum lama ini.

Baca Juga: BETWEEN 1 and 2 TWICE Cetak Sejarah Untuk Lagu Girl Group K-Pop Pertama yang Bertahan 4 Pekan di Billboard 200

Jajang menjelaskan, apapun yang diceritakan di film diambil dari kisah aslinya. Mulai dari pengakuan keluarga korban dan lainnya. Nyaris tidak ada dramatisasi dalam film ini, semuanya sama dengan kisah aslinya.

Dramatisasi diambil sutradara saat pemimpin PKI merokok. Ketika dia merokok kemudian mengeluarkan asap, itulah letak dramatisasi dalam film ini.

"Karena (sutradara) tidak tahu bagaimana kebiasaan pemimpin PKI ini. Untuk menggambarkan keruwetan digambarkan dengan merokok. Itu dramatisasinya," ungkap dia.

Jajang pun menegaskan, kru Film Pengkhianatan G30S-PKI sama sekali tidak mendramatisasi konten film.

Seperti diketahui, film yang diangkat dari kisah nyata ini diproduksi tahun 1984, disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer, diproduseri oleh G Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Syubah Asa.

Baca Juga: Resep Nasi Telur Ceplok, Menu Favorit Sejuta Umat yang Bikinnya Gampang dan Cepat!

Dirangkum Jurnalgaya dari berbagai sumber, film ini diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar Rp 800 juta, angka yang besar untuk saat itu. Film ini disponsori pemerintahan Orde Baru Soeharto.

Film ini dibuat berdasarkan versi resmi pemerintah kala itu dari peristiwa Gerakan 30 September atau G30S yang berupaya mengkudeta pemerintah tahun 1965.

Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau dikenal G30S/PKI merupakan peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia pada 1965. Gerakan ini berlatar belakang sebuah kudeta yang menewaskan tujuh jenderal pada masa itu.

Dalam film ini, digambarkan bagaimana peristiwa kudeta yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI) tersebut.

Peristiwa G30S/PKI terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965. Peristiwa tersebut diawali dengan penculikan terhadap sejumlah perwira militer.

Mereka disiksa dengan keji. Setelah itu mereka dimasukkan ke sebuah lubang. Kekejian tersebut digambarkan dengan detail dalam film ini.

Ada tujuh jasad yang dimasukkan dalam lubang dalam kondisi hidup tersebut. Lubang tersebut kini menjadi situs sejarah yang dinamakan Lubang Buaya.

Baca Juga: Sinopsis Bintang Samudera 28 September 2022: Nagita Kenali Brama yang Kecelakaan, Dapatkah Terciduk Polisi?

Pada 3 Oktober 1965, jasad-jasad tersebut diangkat dan dikuburkan dengan semestinya pada 5 oktober 1965.

Film berdurasi lebih dari 3 jam tersebut awalnya mengisahkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum saat itu kemudian beberapa rapat rencana kudeta yang dilakukan PKI.

Puncaknya, di bawah pimpinan PKI, pasukan militer mendatangi rumah tujun jenderal untuk menculik mereka. Mereka kemudian dibawa ke sebuah daerah untuk disiksa.

Salah satu adegan mengharukan adalah saat kelompok militer mendatangi rumah perwira TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.

Scene tersebut menampilkan sang jenderal yang lengkap mengenakan seragam militar tampak tak takut saat rumahnya dikepung.

DI Pandjaitan masih tampak tenang meski sudah diberitahu bahwa dua keponakannya telah ditembak. Saat sudah berhadapan dengan para tentara, DI Pandjaitan pun ditembak mati karena melawan saat hendak dipukul.

Keluarga yang mengetahui hal itu langsung menangis histeris, berlari, dan menyebut nama ayahnya.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini, Kamis 29 September 2022, Saksikan Infotainment Awards 2022 Nanti Malam

"Papiiiii...." ujar salah satu anak menangis histeris sambil berlari.

Ia terduduk di atas darah sang ayah, mengambilnya, dan membasuhkannya ke wajahnya sambil menangis.

Scene menarik lainnya adalah saat Ade Irma Suryani Nasution ditembak oleh kelompok militer saat akan menjemput Jenderal AH Nasution.

AH Nasution selamat dari peristiwa tersebut. Namun sang anak meninggal. Nama Ade Irma pun diabadikan dalam beberapa taman bermain di Indonesia.

Film ini dibintangi oleh Bram Adrianto sebagai Kolonel Untung, Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto, Umar Kayam sebagai Presiden Soekarno, Syubah Asa, Ade Irawan dan lainnya.

Pada masa Orde Baru film ini menjadi tontonan wajib. Memasuki masa reformasi ditandai dengan lengsernya Soeharto, film ini tidak wajib ditonton.***

 

Editor: Dini Budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah