Para korban Boston Strangler ini bukanlah gelandangan ataupun wanita tuna susila melainkan wanita paruh baya atau orang-orang terhormat yang di serang di rumah mereka sendiri.
Tentu saja, setelah mengetahui fakta ini warga Amerika menjadi gegergeger dan ketakutan.
Ketika pembunuh misterius itu memakan korban yang semakin bertambah, Loretta menulis lebih banyak informasi mengenai kasus pembunuhan berantai tersebut.
Sialnya tulisannya mengenai Boston Strangler mengalami kendala. Karena di era tersebut wanita belum dianggap mampu untuk melakukan banyak hal. Ia pun selalu dianggap remeh oleh atasan bahkan instansi kepolisian di daerahnya saat ingin mencari informasi mengenai kasus tersebut.
Namun, Loretta tidak tinggal diam dan terus berusaha, ia bahkan bekerja sama dengan sesama reporter wanita lainya bernama Jean Cole menantang seksisme di awal tahun 1960-an dengan melaporkan pembunuh berantai paling terkenal di kota itu.
Meski demikian, Loretta dan Jean dengan berani melanjutkan cerita ini dengan risiko pribadi yang besar, mempertaruhkan nyawa mereka sendiri dalam upaya mengungkap kebenaran.***