Bahaya Pandemic Fatigue, Rasa Jenuh Terhadap Pandemi yang Bikin Kita Cuek dengan Petaka Covid-19

22 Maret 2021, 20:54 WIB
Bahaya Pandemic Fatigue, Rasa Jenuh Terhadap Pandemi yang Bikin Kita Cuek dengan Petaka Covid-19. /Pexels/

JURNAL GAYA - Anda pernah merasa ada di fase jenuh dengan Covid-19 mulai cuek dengan protokol kesehatan?

Hati-hati, jenuh dengan protokol sehat Covid-19 bisa menyebabkan Pandemic fatigue atau demotivasi untuk mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan karena rasa bosan.

Kalau sudah merasa cuek untuk menjalankan Protokol sehat, baiknya Anda segera mengatasinya sebelum Pandemic fatigue menjadi boomerang.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Selasa 23 Maret 2021, Menyebalkan! Si Jahat Elsa Melenggang Bebas Andin Makin Terpuruk!

Sebagaimana dikutip dari Antara pada Senin 22 Maret 2021, Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, S.Sos., M.Soc.Sci. mengatakan masyarakat rentan mengalami pandemic fatigue akibat rasa jenuh yang tinggi terhadap situasi yang tidak menentu.

Masyarakat yang awalnya patuh dan waswas tertular virus corona secara bertahap mulai santai dan cuek terhadap protokol kesehatan. Hal ini tentunya akan berakibat pada naiknya angka kasus COVID-19 yang kini mulai menurun.

Untuk menghadapinya, diperlukan regulasi yang berfokus pada manusia atau masyarakat, melakukan penelitian dan pengumpulan data untuk membuat kebijakan sesuai dengan kelompok sasaran, jadi tidak dipukul rata.

Baca Juga: Kapten Persib Bandung Tidak Ikut Bertanding di Sleman, Beberapa Pemain Berikut Juga Tidak Diajak Robert

"Semua kebijakan berbasis data/riset, tidak bisa pukul rata harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Misalnya utk lansia bagaimana, untuk kaum muda bagaimana media komunikasi yang tepat," ujar Daisy dalam acara virtual "Refleksi Setahun Pandemi: Masyarakat Semakin Abai atau Peduli", Senin.

Demi menghindari pandemic fatigue,  masyarakat juga harus dilibatkan dalam mencari solusi atau merancang kebijakan, bukan hanya sekadar sebagai obyek yang harus patuh.

Selain itu, menurut Daisy harus ada perubahan gaya hidup, perubahan perilaku serta sistem nilai baru yang disesuaikan dengan pandemi.

"Kita harus open untuk berubah, yang penting juga adalah bagaimana manusia tetap bisa menjalankan kehidupan sehari-hari tapi mengurangi risiko tertular dan kebijakan tidak bisa ekstrem, memahami kesulitan hidup yang dihadapi anggota masyarakat," kata Daisy.

Baca Juga: 10 Aktor India Terganteng yang Serialnya Pernah Hits di ANTV, Shaheer paling Digilai

Sementara itu, pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi ketahanan sebuah keluarga, hal ini terkait dengan masalah ekonomi, sosial, masalah relasi antar anggota keluarga, perubahan peran, tumbuh kembang anak serta masalah fisik dan mental.

"Kurangi sumber beban yang negatif atau stressful, memikirkan aktivitas anak, memberi jeda agar tidak hanya belajar, tambah hal-hal yang positif, bangun relasi yang suportif. Tetap berinteraksi online juga mengurangi pandemic fatique," ujar Daisy. ***

 

 

 

Editor: Dini Yustiani

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler