Dengan menggunakan bermacam motif tenun ATBM yang terinspirasi dari ragam hias kain-kain Nusantara.
Kemudian dirancang menjadi outer bergaya urban. Tak salah apabila kreasi perca disebut sebagai bentuk karya seni di bidang fashion.
Konsep sustainable fashion tak hanya diterapkan oleh Founder dan CEO Tenun Gaya ini dengan mengolah limbah tekstil agar kembali memiliki daya pakai yang tinggi.
Upaya memberdayakan para perempuan yang tinggal di sekitar workshop Tenun Gaya di Sukabumi, Jawa Barat, pun telah menjadi kepedulian Wignyo.
Dengan memberikan ketrampilan proses tenun, mereka menjadi produktif sehingga punya penghasilan untuk menambah perekonomian keluarganya.
“Koleksi DAUR ini bukan pertama kalinya kami mengaplikasikan konsep sustainable fashion dengan mengolah limbah kain tenun ATBM,' ujar Wignyo.
Baca Juga: Jumat Berkah Penuh Keutamaan, Baca Doa ini Agar Bisa Produktif Seharian
Menurutnya, koleksi patchwork telah mereka buat sejak tahun 2012. Saat itu, kepedulian dan kesadaran pelaku industri fesyen Indonesia terhadap isu sustainable fashion belum seramai sekarang.
"Komitmen kami untuk menerapkan sustainable fashion bukan hanya untuk keberlanjutan industri dan bisnis fashion, namun juga keberadaan bumi di masa mendatang,” jelas Wignyo Rahadi.