Dengan peluang dan ceruk yang semakin terbuka, Eiger mulai berani untuk tancap gas membuat produk dengan label material ramah lingkungan.
"Gaungnya sudah terdengar sejak 2022 cuma tak terlalu kencang, karena teknologinya belum support karena bahan dari recycle sejak dulu sudah ada tapi prosesnya lebih rumit,sehingga menjadi mahal karena perbandingan ongkos produksinya bisa 2 sampai 3 kali lipat yang reguler. Kalau sekarang kita tak sulit karena teknologinya massal yang otomatis cost-nya lebih murah," ucapnya.
Produk Ramah Lingkungan dan Kearifan Lokal
Bercerita mengenai inovasi produk, sebagai desainer Oki sudah menghantarkan Eiger meraih beragam penghargaan internasional atas kualitas dan rancangannya yang mumpuni.
Salah satunya saat Eiger menyabet Winner Golden Bauhinia Cup of China ASEAN Industrial Design Competition – 2020 dan 2022. Pembuktian di kancah internasional tersebut bagi Oki adalah buah dari riset panjang dari sejumlah produk kebanggaan yang ramah lingkungan.
"Tas Ecosavior terbuat dari sampah plastik botol yang diolah menjadi material polyester recycle, lalu diolah menjadi kain yang dipintal kembali menjadi benang. Istimewanya lagi, ada tambahan kantung di bagian depan untuk menampung sampah. Tujuannya agar pendaki tidak membuang sampah di gunung dan bisa membawa kembali sampah saat mereka turun," bebernya.
Tak cukup itu saja, Ecosavior besutan Eiger ini semakin prestisius dengan keberadaan frame bambu di bagian belakang tas. Tujuannya adalah untuk menyebarkan beban ke seluruh bagian tubuh sebelah atas.
"Frame bambu ini untuk menopang dan menyebarkan beban saat tas digunakan. Secara kekuatan, bambu ini lolos uji karena fungsinya bisa sekuat logam, dan yang lebih penting lagi kami melibatkan UMKM dan perajin bambu yang biasa membuat alat makan bisa dikonversi ke frame yang nilai ekonominya lebih tinggi," ucap Oki.
Tak hanya Ecosavior, Oki juga menceritakan ihwal kehadiran tas ransel bertajuk Keba yang terinspirasi dari Ekspedisi Black Borneo di tahun 2015. Kala itu, tim dari Eiger berangkat untuk mencari inspirasi sekaligus membuat riset langsung dari alam Kalimantan.
Betapa tidak, Oki pun mengaku langsung tergoda dengan tas Keba yang menjadi bagian dari warisan kearifan lokal masyarakat Dayak.