Pemanfaatan Big Data di Indonesia, dari Perbankan hingga Identifikasi Kecenderungan Pornografi

20 September 2020, 13:52 WIB
Salah satu materi dalam Webinar SBM ITB. /SBM ITB

JURNALGAYA - Dalam dunia yang semakin digital, perusahaan dihadapkan pada perubahan konstan dan cepat yang membutuhkan tindakan dan keputusan strategis yang juga harus cepat.

Banyak tekanan yang dihadapi perusahaan akibat kemajuan teknologi ini, yang dilain pihak, kemajuan teknologi ini juga dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. Untuk itu, perusahaan perlu meningkatkan cara mereka membuat keputusan, didukung bukti dan memanfaatkan keahlian manusia dan data dengan baik.

"Pada era digital ini, data harus menjadi inti pengambilan keputusan strategis dalam bisnis, apakah itu perusahaan multinasional besar atau kecil bahkan yang hanya berupa bisnis keluarga," ujar Dekan SBM ITB Utomo Sarjono Putro dalam Webinar SBM ITB, Minggu 20 September 2020.

Baca Juga: 5 Cara Jitu Belanja Aman di Pasar Swalayan Saat PSBB

"Data dapat memberikan wawasan (insight) yang membantu perusahaan menjawab pertanyaan bisnis utamanya seperti 'Bagaimana saya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan? Data mengarah ke pembentukan wawasan; pemilik dan manajer bisnis dapat mengubah wawasan tersebut menjadi keputusan dan tindakan yang menumbuhkan bisnis," tambahnya.

Director Big Data & Business Analytics Lab SBM ITB, Manahan Siallagan mengungkapkan, tantangan selanjutnya yang dimiliki banyak perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat bekerja dengan data.

Era digital membawakan perubahan yang sangat berarti terhadap keberadaan data. Jumlah data yang dihasilkan bukan hanya lebih besar, tetapi juga lebih kompleks. Hal ini mempersulit perusahaan untuk mengelola dan menganalisis data mereka.

Faktanya, baru-baru ini dilaporkan, 98,6 persen eksekutif menunjukkan bahwa perusahaan mereka menginginkan budaya yang berbasis data, tetapi hanya 32,4 persen yang melaporkan keberhasilannya (NewVantage Partners, 2018).

Baca Juga: Viral Percakapan Ajakan Sebar Covid-19, Satu Keluarga di Semarang Diamankan

Sebuah studi IDC 2018 juga mencatat bahwa organisasi telah menginvestasikan triliunan dolar untuk memodernisasi bisnis mereka, tetapi 70 persen dari inisiatif ini gagal karena mereka memprioritaskan investasi teknologi tanpa membangun budaya data untuk mendukungnya.

Perubahan Bisnis

Direktur Digital Business Telkom, Muhamad Fajrin Rasyid menjelaskan bagaimana big data bisa dimanfaatkan untuk menavigasi perubahan bisnis yang sangat cepat.

Fajrin mengungkapkan, umumnya ada tiga karakter Big Data yang dikenal dengan 3V, yaitu variety, velacity, dan volume. Yakni selama ini data begitu beragam, perubahannya cepat, dan banyak.

Salah satu industri yang sudah memanfaatkan big data adalah perbankan. Seperti fintech di China. Ketika ia meng-apply aplikasi fintech tersebut, hanya membutuhkan waktu proses 7 detik untuk approval.

Bila diapprove, uang akan langsung masuk ke rekening. Big data juga bisa merekam perilaku atau behaviour yang bisa dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan kredit skoring dan mengambil keputusan terbaik.

Baca Juga: MotoGP Emilia Romagna 2020, Jack Miller Ingin Bantai Tim Yamaha

Di Indonesia, bank bekerjasama dengan e-commerce untuk melihat kinerja UMKM dengan big data. Pemanfaatan big data juga membantu merekrut pelanggan dengan digital hingga tercipta open banking atau digital banking.

“Anda tidak harus datang ke bank untuk membuka rekening baru. Proses validasi, memanfaatkan big data. Perbankan adalah industri yang cukup maju dalam big data,” ungkap dia.

Ke depan, pertumbuhan bisnis infrastruktur Telkom tidak akan sebesar sekarang. Untuk itu, pihaknya akan ekspansi bisnis ke arah digital platform dan digital services, salah satunya big data. Contoh yang dikembangkan Telkom adalah Bigbox untuk mengolah data yang dimiliki.

Ukur Integritas

People Analytics and HR Data Science Enthusiast, Heru Wiryanto menjelaskan bagaimana peranan people analytics saat ini.

Seperti beberapa waktu lalu, pihaknya mengembangkan alat untuk merekam the human brain dan nervous system. Bahkan di salah satu kementerian, pihaknya mengukur itegritas para pembuat komitmen.

“Misalnya sistem ini bisa mengidentifikasi kecenderungan pornografi dan tindakan asosial lainnya,” tutur dia.

Heru mengungkapkan, ada beberapa hal yang harus dimiliki jika ingin bergerak di people analytics. Di antaranya harus miliki big data, kemampuan story telling, visualisasi, dan psicological skill. Sebab percuma jika memiliki data tapi tidak bisa menceritakan dan menggambarkannya.

“Data tanpa story telling hanya akan menjadi tumpukan data,” ungkap dia.

Baca Juga: Reservasi Membludak, BTS Break The Silence: The Movie Akan Jadi Box Office?

Sementara itu, Lecturer of KK Informatika STEI ITB Nugraha Priya Utama menjelaskan pengorganisasian data berupa gambar dan video.

Manusia, sambung dia, memahami sekitarnya dengan data yang diterima panca indera, kemudian disimpan di otak dan disimpan untuk menambah pengetahuan yang akhirnya akan digunakan untuk memutuskan sesuatu dan beraksi.

Dalam gambar dan video, data yang bisa diolah di antaranya background berupa lokasi, waktu, cuaca. Kemudian face berupa usia, gender, ekspresi, identitas, menghadap kemana. Lalu body terdiri dari pakaian, gestur, aktivitas, hair style, behaviourdan lainnya.

Dengan menggunakan big data, hal ini bisa dimanfaatkan banyak hal. Misal vaidasi data saat seseorang diminta memotret dirinya dengan KTP untuk mendaftar sesuatu. Sistem ini akan membantu mencocokkan data tersebut.

Hal ini pun telah diujicoba di ITB dengan memanfaatkan CCTV untuk melihat people counting and social distancing. Begitupun bisa dimanfaatkan untuk melihat illegal parking detection hingga maping perkebunan.

Editor: Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler