100 Hari Menuju Braga Sunyi, Refleksi Geliat Budaya Di Masa Pandemi Covid 19

23 September 2020, 16:48 WIB
100 hari menuju braga sunyi, sebuah event budaya di gedung majestik yang akan dilakukan dengan sunyi /Jurnalgaya/istimewa/

JURNALGAYA. Film Loetoeng Kasaroeng yang diputar pertama kali pada 31 Desember 1926 di Gedung De Majestic, mengispirasi Divisi Pariwisata PT Jasa dan Kepariwisataan Jabar (Perseroda) untuk menggelar sebuah event bertajuk “Braga Sunyi”.

Event braga sunyi ini merupakan kegiatan budaya yang didasari pada kondisi pandemi covid 19 yang kini tengah dihadapi.

 

Baca Juga: Berlian Entertainment Persembahkan Konser untuk Tanaman Sound For Plants



Sunyi memiliki makna bunyi yang tersembunyi. Konsep event “Braga Sunyi” nantinya akan digelar dalam bentuk penyebaran konten secara visual ke beberapa titik-titik melalui big screen/layar lebar, namun suaranya akan disalurkan melalui kanal Radio.

Menurut Direktur Utama PT Jasa dan Kepariwitsaan Jabar (Perseroda) Deni Nurdyana Hadimin, 100 hari seabad gedung De Majestic yang digagas hari ini, akan ditindaklanjuti dalam Focus Group Discussion (FGD) dan business meeting dengan beberapa para pelaku event di kota Bandung, pengelola radio, beberapa pemilik merek dan pelaku usaha, serta kalangan media.

 

Baca Juga: HUT KAI ke 75, Ada Potongan Harga Tiket dan Voucer Tiket KA Eksekutif. Cek Cara Mendapatkannya

 


“Pada 100 hari yang dimulai hari ini, kami mengajak kepada para pelaku event, pengelola radio, para pemilik merek dan usaha dan media, untuk berkolaborasi, sekaligus berinovasi menggelar event menuju satu abad De Majestic, di era AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru), dengan tetap mengedepankan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin,”Ujar Deni. Rabu 23 September 2020.

Deni menuturkan, sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bisnis jasa pariwisata, Kami dituntut untuk berinovasi membangun industri pariwisata Jabar, namun dengan inovasi dan strategi baru mengingat munculnya pandemi Covid 19.

 

Baca Juga: [Update] Luhut Binsar Panjaitan Tak Berdaya, Kasus Covid-19 Masih Sangat Tinggi



“Salah satu upaya kami, adalah dengan mengemas acara yang meminimalkan pertemuan secara fisik, namun konten yang kami hadirkan tetap dapat dinikmati oleh seluruh warga Jawa Barat, salah satunya melalui event Braga Sunyi ini,” terangnya.

Dalam kesempatan ini, Jaswita Jabar juga menawarkan kepada para undangan alternatif event untuk merayakan detik-detik pergantian tahun di era AKB karena normalisasi baru membutuhkan cara baru dalam pengelolaan sebuah event.

 

Baca Juga: Bosan di Rumah, Yuk Traveling Sehat di Lembah Cihideung Lembang yang Instagramable



Sementara itu senada dengan Deni, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik, sangat menghargai upaya Jaswita dalam menggagas event Braga Sunyi.

“Gagasan menuju 100 hari Braga Sunyi ini menjadi salah satu upaya Jaswita Jabar yang patut didukung, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, mengharapkan agar penyelenggaraan event budaya dan pariwisata tetap mendapatkan perhatian serius, meski dengan tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin,” tegasnya.

 

Baca Juga: Ekonom: Ada Atau Tidaknya Pandemi Covid-19, Masa Depan Timor Leste Tak Pasti, Dihantui Kemiskinan



Ditambahkan Dedi, selama 100 Hari kedepan diharapkan dapat menjadi ajang kolaborasi lintas sektor, khususnya kalangan dunia usaha dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat dalam menginisiasi sebuah model baru pengelolan event di era AKB di Jawa Barat.

Sperti di ketahui, Gedung De Majestic sendiri berdiri atas dasar sebuah gagasan di tahun 1920 sebagai simbol dari kemajuan peradaban pada masa kolonial Belanda. Namun perintah pembangunan Gedung yang semula bernama Concordia Bioscoop kepada Technisch Buraeu Soenda ini baru terealisasi pada tahun 1922.

Baca Juga: Makin Bucin, Iqbaal Ramadhan Genggam Erat Tangan Zidny Lathifa di Insta Story



Selang tiga tahun pembangunan, Gedung yang dirancang oleh arsitek Wolfff Schoemaker dengan gaya art deco ini akhirnya diresmikan pada tahun 1925.

Gedung De Majestic juga turut menjadi bagian dari sejarah perfileman dunia karena menjadi bioskop pertama yang memutar film Loetoeng Kasaroeng pada tanggal 31 Desember 1926.

“Loetoeng Kasaroeng” menjadi fenomenal karena film bisu karya De Locomotif ini suaranya diproduksi secara langsung pada saat pemutaran film.****

Editor: Gayatri Pinandito

Tags

Terkini

Terpopuler