MER-C Desak Pemerintah Bersikap Tegas Minta Presiden Perancis Minta Maaf

30 Oktober 2020, 21:00 WIB
Ketua Presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad. (FOTO ANTARA/HO-Humas MER-C) /

JURNAL GAYA---Pimpinan presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C), turut mengecam tindakan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menyinggung umat islam.

 

Pimpinan presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia juga mengharapkan Pemerintah Indonesia dapat segera merespon dan mengambil sikap atas Presiden Prancis dengan mendorong permintaan maafnya kepada umat Islam.

Baca Juga: MUI Serukan Boikot Produk Perancis dan Desak Dubes Minta Macron Minta Maaf

"Hal ini agar polemik yang dapat menimbulkan perpecahan kerukunan umat beragama tidak berlarut,' ujar Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebutkan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia, dikutip Jurnal Gaya dari Antara, Jumat 30 Oktober 2020.

MER-C menyayangkan sekaligus mengecam pernyataan Macron itu sebagai pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan memecah belah kerukunan umat beragama di dunia.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Jumat 30 Oktober 2020, Andin Bilang Cinta ke Al

"Kami turut menyayangkan sekaligus mengecam pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Itu adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab. Macron telah menyebarkan kesalahpahaman terhadap Islam. Sebuah penyataan yang dapat memecah belah kerukunan umat beragama di dunia," kata Sarbini.

"Macron mestinya bijak dalam menilai Islam," tambah Sarbini Abdul Murad, dokter pertama Indonesia yang berada di garis depan perbatasan Rafah, Mesir-Palestina saat perang 22 hari Palestina-Israel akhir Desember 2008 .

Baca Juga: 1 November Ada Registrasi Ulang BPJS Kesehatan, Ini Cara Cek Status Kepesertaan

Sarbini menjelaskan Macron mestinya bisa belajar dari sosok Vladimir Putin, Presiden Rusia yang bijak dalam melihat Islam. Meski di Rusia terjadi pemberontakan separatis Chechen, tidak berarti Putin menyudutkan Islam secara keseluruhan. 

Sementara Macron sebagai orang nomor satu di Prancis memilih membiarkan dan menolak untuk melarang keputusan media di negara tersebut, Charlie Hebdo yang menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad SAW pada September 2020 dengan alasan kebebasan berekspresi, suatu sikap pemimpin negara yang sangat melukai dan menuai reaksi keras dari berbagai kalangan umat Islam di seluruh dunia. Hal ini berbahaya karena menjadi modus menyebarkan kebencian terhadap Islam.

Baca Juga: Profil Najwa Shihab, Jurnalis Kritis yang Kerap Buat Gerah Penguasa

"Untuk itu, MER-C meminta kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk segera meminta maaf kepada umat Islam dunia. Kami pikir meminta maaf adalah jalan yang bijak, serta melarang kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW," kata Sarbini Abdul Murad.***

Editor: Qiya Ameena

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler