Strategi Industri Fesyen di Kota Bandung Menghadapi Pandemi dan Kelesuan Usaha

- 23 Januari 2021, 18:57 WIB
Pedagang produk fesyen dan batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, sisi barat.
Pedagang produk fesyen dan batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, sisi barat. / ANTARA/Eka AR/

Menurut Gilang perusahaan yang sehat bisa menghindari pengangguran baru akibat pemutusan kerja pegawai atau PHK.

Baca Juga: Ultah Megawati, Yasonna Laoly : 'Dia Sosok Petarung Sejati!'

Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir sepanjang 2020 berpengaruh signifikan terhadap bisnis yang sudah dibangun dari 2014.

"Jadi tahun lalu itu toko offline kami terpaksa tutup. Penjualan ke luar kota tidak jalan. Reseller juga sama kondisinya, tidak bisa menjual barang," kata Gilang yang menempuh pendidikan di STIE Tridharma Bandung.

Ia mengatakan hampir memutus kerja beberapa pegawainya untuk menjaga keuangan perusahaan namun niatnya itu tidak terlaksana setelah mengubah beberapa kebijakan atau strategi usaha.

Baca Juga: Rizky Billar Lamar Lesti Kejora, 4 Momen Uwu Ini jadi Awal Percintaan Mereka: Lesti Hadiah Luar Biasa

Beberapa strategi usaha yang diubah selama pandemi Covid-19, kata dia, ialah jika dulu fokus mengandalkan penjualan Motzint secara offline di toko, sekarang ia menjaring pendapatan melalui daring (online).

Menurut Gilang dengan memanfaatkan beberapa marketplace, seperti Shopee, dan lambat laun setelah menjalani proses di tengah pandemi, Motzint bisa bertahan bahkan meningkat dari sisi penjualan.

"Makanya saya coba pelajari bisnis di online, marketplace dan lain-lain. Alhamdulillah ada hasilnya, saya juga tidak merumahkan atau melakukan PHK kepada pegawai," ujar dia.

Baca Juga: Gelombang Pertama Tenaga Kesehatan Baru 132 Ribu Orang yang Divaksin

Halaman:

Editor: Qiya Ameena

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah