Sementara itu, prakirawan BMKG Bandung Iid Mujtahiddin mengatakan, puting beliung bisa saja terjadi di dataran tinggi atau dataran rendah selama ada proses pertumbuhan awan Cumulonimbus.
Hal itu dimungkinkan karena adanya perubahan fungsi lahan seperti pertanian atau permukiman. Sehingga proses konveksi cukup kuat untuk pembentukan awan Cumulonimbus.
"Kondisi musim saat ini kita akan memasuki periode transisi atau pancaroba sehingga fenomena puting beliung dan cuaca ekstrem bisa kerap saja terjadi," kata Iid.
Baca Juga: Bekuk Empat Orang Terkait Bom Gereja di Makassar, Kapolri: Sementara Kita Cari Kelompok Lain
Adapun salah satu syarat ada potensi puting beliung adalah adanya keberadaan awan Cumulonimbus. Meski demikian, tidak mesti ada awan Cb akan menyebabkan puting beliung.
"Prediksi awal adalah dengan melihat keberadaan awan Cb dengan perubahan visual warna awan berubah drastis, yang tadinya putih berubah menjadi hitam pekat."
"Kejadian puting beliung sifatnya lokal sekali dan durasinya tidak lama. Terkadang prosesnya mulai dari tumbuh hingga proses disipasi atau peluruhan awan berupa hujan disertai angin puting beliung dalam hitungan menit, kurang lebih 40 menit," papar Iid.***