Istri Jalankan Puasa Syawal, Apakah Harus Minta Izin Suami? Simak Penjelasan Ulama Berikut

- 6 Mei 2022, 10:25 WIB
ilustrasi Puasa Syawal, apakah seorang istri harus izin suami untuk puasa Syawal?
ilustrasi Puasa Syawal, apakah seorang istri harus izin suami untuk puasa Syawal? /pixabay/

Ada perbedaan antara puasa Syawal dengan puasa sunnah yang terjadi berulang-ulang dalam setahun, seperti puasa Senin dan Kamis. 

Pada puasa sunnah yang terjadi berulang-ulang tersebut, maka seorang istri harus minta izin suaminya terlebih dahulu ketika hendak melakukannya.

Pendapat tersebut sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiatul Jamal berikut:

أما ما لا يتكرر كعرفة وعاشوراء فلها صومها إلا إن منعها

Artinya:

Adapun puasa sunnah yang tidak terjadi berulang-ulang, seperti puasa Arafah dan Asyura, maka istri boleh mempuasainya kecuali jika suaminya melarangnya.

Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah juga disebutkan sebagai berikut:

 ولو صامت المرأة بغير إذن زوجها صح مع الحرمة عند جمهور الفقهاء ، والكراهة التحريمية عند الحنفية ، إلا أن الشافعية خصوا الحرمة بما يتكرر صومه ، أما ما لا يتكرر صومه كعرفة وعاشوراء وستة من شوال فلها صومها بغير إذنه ، إلا إن منعها

Artinya:

Jika seorang istri menjalankan puasa tanpa izin suaminya, maka puasanya tetap sah, namun ia telah melakukan keharaman. Demikian pendapat kebanyakan ulama fiqih. Ulama Hanafiyah menganggapnya makruh tahrim. Hanya saja ulama Syafiiyah mengkhususkan keharaman jika puasa tersebut terjadi berulang kali. Adapun jika puasa tersebut tidak terjadi berulang-ulang, seperti puasa Arafah, puasa Asyura, puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia boleh melakukannya tanpa izin suaminya, kecuali jika memang suaminya melarangnya.

Halaman:

Editor: Deasy Rafianty

Sumber: Bincang Syariah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah