وَيَنْبَغِيْ لِلصَّائِمِ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي، لِأَنَّهَا تُفْطِرُ الصِّيَامَ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Artinya: Seyogianya orang yang berusaha untuk meninggalkan kemaksiatan, karena demikian [memperbuat maksiat] merusak pahal puasa. Sebagaimana firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ketiga, puasa yang diterima Allah adalah puasa yang menjaga niat dengan benar dan ikhlas hanya untuk meraih keridhaan Allah.
“والصوم: هو الإمساك عن الشهوات مع النية، وهي الإرادة بالتقرب إلى الله تعالى، والإخلاص له سبحانه وتعالى”
Artinya: “Puasa adalah menahan diri dari hawa nafsu dengan niat, yaitu keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan dengan ikhlas untuk-Nya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.”
Baca Juga: Teks Ceramah Singkat Tentang Komitmen Umat Muslim Selama di Bulan Suci Ramadhan
Keempat, puasa yang diterima Allah adalah orang yang menjaga perilaku dan senantiasa berbuat yang baik.
“فاحرص على أن تكون في صيامك على أدب صائم وخلق كريم”
Artinya: “Maka berusahalah agar dalam berpuasa kamu memiliki perilaku yang baik dan akhlak yang mulia.”
Kelima, puasa yang diterima Allah dengan menghindari segala perbuatan buruk dan mencegah diri dari melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.