Soal Pasukan Khusus Rajawali, BIN Beberkan Rahasianya

- 15 September 2020, 10:20 WIB
Pasukan khusus Rajawali BIN.
Pasukan khusus Rajawali BIN. /

JURNALGAYA - Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan tak memiliki pasukan bersenjata tersendiri. Pasukan khusus Rajawali yang menuai polemik itu hanya merupakan siswa kepelatihan intelijen khusus yang nantinya terjun secara personal.

Sebelumnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo mengunggah video Inaugurasi Peningkatan Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Plaza STIN, Sentul, Kabupaten Bogor, pada akun Instagram pribadinya, Rabu 9 September lalu.

Dalam video, tampak pasukan dengan seragam khusus dan bersenjata laras panjang. Mereka disebut sebagai pasukan khusus Rajawali.

Hal tersebut memicu polemik soal keberadaan pasukan khusus di BIN. Sebab, tak ada Undang-undang yang mengatur bahwa BIN bisa membentuk pasukan khusus bersenjata.

Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto mengatakan pasukan khusus rajawali adalah sebuah kode sandi dari Pendidikan Intelijen Khusus (Dikintelsus) yang menjadi rangkaian acara dalam Inaugurasi Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno Inisiator STIN.

Ia menuturkan penutupan Dikintelsus selalu diwarnai dengan atraksi keterampilan, baik bela diri, IT, bahan peledak, atau keterampilan senjata, serta simulasi penumpasan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) lainnya.

"Ini bukan pasukan (unit) tersendiri namun Kepelatihan Intelijen Khusus yang diberikan kepada personel BIN yang bertugas di lapangan (bersama TNI, Polri), agar memahami tentang tugas dan dinamika di lapangan, antara lain Intelijen Tempur, Taktik dan Teknik Intelijen di medan hutan/perkotaan dll, serta peningkatan kapabilitas SDM," kata Wawan dalam keterangan resminya, Selasa 15 September 2020.

Wawan berujar pelatihan tersebut dilaksanakan antara lain berdasarkan evaluasi terhadap hasil Operasi Satgas di wilayah konflik, di mana personel BIN di Papua ada yang telah gugur dan terluka.

Pendidikan ini, kata dia, ditujukan untuk mengasah kemampuan dalam mengatasi tugas khusus yang berat dan medan sulit. Setelah selesai pendidikan, terang Wawan, mereka diterjunkan untuk tugas klandestin di berbagai sasaran yang menjadi titik ATHG. Baik seorang diri ataupun bekerja dengan tim kecil (Satgas).

Halaman:

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x