Suara Sarwo Edhie Bergetar saat Ucapkan Selamat dan Peluk Anak DN Aidit Gembong PKI, Mengapa?

- 2 Oktober 2020, 06:11 WIB
Pertemuan Jenderal Purn. Sarwo Edhie dengan Ilham Aidit, berlangsung di pengukuhan kader Wanadri.
Pertemuan Jenderal Purn. Sarwo Edhie dengan Ilham Aidit, berlangsung di pengukuhan kader Wanadri. /

JURNALGAYA - Publik, mengenal sosok Sarwo Edhie sebagai tokoh penumpas Partai Komunis Indonesia. Sedangkan Ilham Aidit, adalah putra DN Aidit, gembong PKI.

Kisah kedua selalu mengundang tanya. Apalagi pertemuan keduanya diawali ucapan selamat dan dilanjutkan dengan sebuah sebuah pelukan. Mengapa?

Sejak awal Orde Baru, publik diberi tahu bahwa dalang Gerakan 30 September 1965 adalah PKI, yang berupaya mengkudeta pemerintahan RI.

Baca Juga: Makna Lagu Genjer-genjer dalam Film G30S PKI: Kritik Sosial dan Sindiran pada Penguasa

Baca Juga: Anak Ahmad Yani Saksikan Ayahnya Berlumuran Darah Ditembaki PKI Lalu Diseret

Meski sejak era reformasi berbagai versi berseberangan bermunculan, nama Sarwo Edhie tidak lepas dari penumpasan PKI di Indonesia.

Ia memiliki peran yang sangat besar dalam pengganyangan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini).

Sarwo Edhie, ayah dari Ani Yudhoyono itu, memeluk Ilham Aidit, dengan Kawah Upas, Gunung Tangkubanparahu, menjadi saksi bisunya.

Kejadian itu dikisahkan berlangsung tahun 1981, ketika Ilham menjadi salah satu kader Wanadri, sebuah kelompok pencinta alam di Bandung, yang akan dilantik Jenderal Purn Sarwo Edhie.

Seperti berita pikiran rakyat dalam artikel Pertemuan Sarwo Edhie dengan Anak DN Aidit, Kawah Upas Jadi Saksi, Ucapan Selamat Berakhir Pelukan, dari 72 orang kader Wanadri, hanya Ilham yang dipeluk Sarwo. Hanya mereka berdua yang tahu apa makna pelukan itu.

Demikian nukilan tulisan jurnalis senior Bersihar Lubis, yang mendapatkan penuturan langsung dari Ilham, yang tertuang Harian Umum Pikiran Rakyat.

Baca Juga: 4 Film yang Bahas G30S PKI dan Sejarah Kelam Indonesia: Ada Senyap, Jagal, hingga Soe Hok Gie

Baca Juga: Jajang C Noer Ungkap Pembuatan Film G30S PKI Dikawal Ketat Tentara, di Bawah Tekanan?

Sebagai pemimpin majalah berita MEDIUM, Besihar menerbitkan pertama kali kisahnya di sana pada 2006.

Selanjutnya, kisah ini juga tayang di Pikiran Rakyat tepat pada 30 September 2006, di Koran Tempo, dan ditulis ulang di media lain seperti medanbisnisdaily.com.

Saat Sarwo menyalami dan menepuk bahu Ilham serta melihat namanya di kemeja di bagian dadanya, sejenak kemudian Sarwo memeluk Ilham.

"Selamat, kamu telah berhasil menyelesaikan pendidikan," kata Sarwo.

Saat pemberontakan disusul pengganyangan PKI bergulir, Ilham baru berusia 5-6 tahunan.

Baca Juga: 7 Profil Pahlawan Revolusi yang Dibunuh dengan Keji dalam G30S PKI

Ketika dewasa, ia tahu siapa sosok Sarwo Edhie, yang kala itu ada di depannya.

Selaku inspektur upacara, Sarwo Edhie hendak melantik mereka yang lulus sebagai anggota Wanadri.

Sarwo tahu bahwa seorang di antaranya adalah Ilham Aidit, putra Dipa Nusantara (DN) Aidit, gembong PKI.

Tiga tahun kemudian, 1984, Ilham bertemu lagi dengan Sarwo Edhie. Wanadri kembali mendidik anggota baru.

Kali ini Ilham sebagai komandan operasi dan Sarwo Edhie sebagai inspektur upacara. Upacara dimulai pukul 07.00 WIB. Tapi pukul 06.00 WIB Sarwo sudah datang.

Baca Juga: Firasat MT Haryono Sebelum Diculik dan Dibunuh dengan Keji dalam G30S PKI

Sarwo memanggil Ilham dan mengajaknya berjalan ke balik sebuah tebing di Kawah Upas, Gunung Tangkuban Perahu.

Ilham gugup dalam pertemuan 10 menit itu. Saat itu, Sarwo berkata bahwa dirinya hanya melaksanakan tugas dan kewajiban pada 1965 silam yang diyakininya benar.

Tapi setelah peristiwa itu, kata Ilham, Sarwo sadar bahwa yang dilakukannya itu salah. Ilham terpana. Sarwo mengulurkan tangan, dan tangan Ilham gemetar.

Mereka bersalaman, dan berpelukan seperti tiga tahun silam.

Ilham masih ingat betapa suara Sarwo bergetar. Setelah itu, barulah ia menyadari betapa kabut pagi Kawah Upas yang hening sangatlah dingin.

Baca Juga: Detik-Detik Diangkatnya 7 Jenazah Korban G30S PKI, Bau Busuk dan Darah Bikin Prajurit KKO Muntah

"Saya memahaminya. Dan saya bisa memaafkan. Itulah kejadian paling penting dalam hidup saya," kata Ilham.

Sejak itu, Ilham makin sering bertemu dengan Sarwo Edhie. Selain sebagai anggota kehormatan Wanadri, Sarwo juga adalah narasumber dalam pelatihan untuk esprit the corps untuk kalangan Wanadri.

"Saya makin mengerti beliau adalah seorang yang sangat setia kepada korps," kata Ilham.

Keakraban Sarwo Edhie dan Ilham berlanjut meski tidak bertemu lagi. Tampak pada saat sebelum pemilihan presiden putaran terakhir pada 2004 lalu.

Baca Juga: Sinopsis Film Pengkhianatan G30S PKI di TV One: Pembunuhan Keji 7 Jenderal

Ilham mengikuti silaturahmi yang digagas oleh dai kondang Aa Gym, dan bertemu dengan calon presiden Susilo "SBY" Bambang Yudhoyono, menantu Sarwo Edhie.

Ilham datang bersama teman-temannya dari Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) yang terdiri dari anak-anak korban G-30-S, DI/TII, dan sebagainya.

Dalam pertemuan di pesantren Aa Gym, Ilham membisiki SBY tentang pertemuannya dengan Sarwo pada 1981 dan 1984 silam. SBY memberi respons positif.

"Dengan tangannya yang besar, dia (SBY) memegang paha kiri saya dan dia bilang kita harus menyelesaikan masa lalu, namun dengan cara yang arif," kata Ilham.

Ketika itu, kata Ilham, SBY yang berbaju batik dan berpeci, diapit oleh Aa Gym yang bersorban, sementara Ilham yang mengenakan kemeja lengan panjang.*** (Pikiran Rakyat/Gita Pratiwi)

Editor: Firmansyah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah