JURNALGAYA - Hari ini, 10 Oktober 2020 diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahukah kamu siapa salah satu kelompok yang paling rentan?
Jawabannya adalah remaja dan anak muda usia 15-29 tahun. Bahkan mereka rentan bunuh diri.
Peneliti dari Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Padjadjaran (Unpad), Veranita Pandia mengatakan, tingkat bunuh diri meningkat di kalangan anak muda.
Baca Juga: Pandemi, Ratusan Orang di Jabar Periksakan Kesehatan Mentalnya Secara Online
“Karena fase usia 15-29 tahun itu rentan bunuh diri. Yang kami amati, yang paling banyak (bunuh diri) ada di usia itu,” ujar Veranita kepada Jurnalgaya, beberapa waktu lalu.
Bahkan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada kelompok usia muda (15-29 tahun).
Veranita menjelaskan, di Jakarta, hasil penelitian di tingkat SMA menyebutkan, sebanyak 18,3 persen siswa memiliki ide bunuh diri.
Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia: Tiap 40 Detik, 1 Orang Meninggal karena Bunuh Diri
Lalu apa yang menjadi faktor penyebab?
Veranita mengakui, anak muda sekarang cenderung lemah. Di antara mereka, ada yang tidak tahan terhadap frustasi hingga tidak mampu problem solving.
Pada remaja tersebut, indikatornya, anak tidak tahan terhadap tantangan dan mudah frustasi.
"Kalau mendapat tantangan baik di sekolah, pertemanan, keluarga, menghadapi konflik, mereka tidak mampu menyelesaikan, langsung stres,” tutur dia.
Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober 2020: Pengertian, Tema, dan Sejarah
Seharusnya, ketika stres datang, seseorang harus bisa menghasilkan solusi dengan lebih berjuang. Tapi pada sebagian orang, mereka tidak mampu menyelesaikannya.
Salah satu penyebabnya adalah pola asuh. Namun orangtua tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena tidak ada sekolah orangtua. Semua dilakukan learning by doing.
Orangtua yang melatih anaknya kuat, mandiri, akan lebih tangguh menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Baca Juga: Pink Mercedes Diprotes, Rekaya Balik Ala Racing Point Tak Lagi Diperbolahkan Di F1
Untuk itu, Unpad melakukan penelitian besar-besaran terhadap siswa SMA dan mahasiswa perguruan tinggi di Bandung.
Penelitian ini nantinya akan dijadikan modul untuk intervensi pencegahan bunuh diri di kalangan SMA dan perguruan tinggi.
Modul inilah yang diharapkan bisa menolong pelajar dan mahasiswa itu dan tentunya membantu orangtua.
"Modul itu salah satunya akan membahas tentang pelatihan kesadaran diri, resiliensi, dan upaya menolong mereka untuk bisa menghadapi tantangan hidup," ungkapnya.
Baca Juga: Link Live Streaming Game 5 Final NBA 2020 pada 10 Oktober: Lakers vs Heat
Ia mengungkapkan, kesehatan mental pada kelompok muda harus dijaga.
Dikutip jurnalgaya dari Hallodoc, kesehatan mental dipengaruhi peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang.
Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.
Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.
Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.***