Terlahir Sudah Dikhitan, Fenomena Ini Terjadi pada 15 Nabi

- 20 Oktober 2020, 06:25 WIB
Ilustrasi bayi.
Ilustrasi bayi. /Designecologist/Pexels

Berbeda dari Nabi Ibrahim yang dikhitan pada usia yang sudah cukup tua, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir sudah khitan atas kekuasaan Allah sebagaimana dikisahkan dalam kitab Maulid al-Barzanji karya Syekh Ja’far al-Husain.

Namun dalam kitab ini juga ada riwayat yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan pada hari ketujuh dari kelahirannya sebagai berikut:

وَوُلِدَ صَلَّي الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَظِيْفًا مَخْتُوْنًا مَقْطُوْعَ السُّرِّ بِيَدِ الْقُدْرَةِ الْإِلَهِيَّةْ * طَيِّبًا دَهِيْنًا مَكْحُوْلَةً بِكُحْلِ الْعِنَايَةِ عَيْنَاهْ * وَقِيْلَ خَتَنَهُ جَدُّهُ بَعْدَ سَبْعِ لَياَلٍ سَوِيَّةْ

Artinya: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dalam keadaan bersih dan sudah bersunat dengan kekuasaan Tuhan, harum, berminyak, dan bercelak kedua matanya dengan celak hasil perhatian Tuhan. Namun ada yang mengatakan bahwa beliau dikhitan oleh kakeknya setelah berumur genap tujuh hari” (Syekh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad al-Barzanji, Maulid al-Barzaji [Karaci: Maktabah al-Madinah], Hal. 9).

Meski ada perbedaan di antara para ulama tentang kapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khitan, kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa beliau telah khitan sejak kelahirannya.

Salah satu dalil yang dijadikan argumentasi oleh mereka dalam hal ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘ahu sebagai berikut:

مِنْ كَرَامَتِيْ عَلَى اللهِ أَنْ وُلِدْتُ مَخْتُوْنًا وَلَمْ يَرَ أَحَدٌ سَوْأَتِيْ

Artinya: “Termasuk bagian kemuliaan dari Allah yang dianugerahkan kepadaku, adalah aku dilahirkan dalam keadaan telah dikhitan, dan tidak seorang pun melihat auratku” (HR ath-Thabarani).

Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebetulnya bukanlah nabi satu-satunya yang dilahirkan sudah khitan.

Ada empat belas nabi lainnya yang sudah khitan sejak lahir. Jadi jumlahnya ada lima belas nabi sebagaimana disebutkan Syekh Sulaiman Al-Bujairami dalam sebuah kitabnya sebagai berikut:

Halaman:

Editor: Dini Yustiani

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah