18,3 Persen Siswa SMA di Jakarta Memiliki Ide Bunuh Diri, Apa Apa?

- 10 Oktober 2020, 07:40 WIB
Ilustrasi Remaja.
Ilustrasi Remaja. /

JURNALGAYA - Anak muda, menjadi kelompok yang paling rentan bunuh diri. Salah satunya dari kelompok remaja seperti siswa SMA.

Pada hari kesehatan mental dunia 2020 ini kelompok rentan tetap menjadi perhatian selain masalah investasi kesehatan mental.

Peneliti dari Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Padjadjaran (Unpad), Veranita Pandia mengatakan, tingkat bunuh diri meningkat di kalangan anak muda.

Baca Juga: Kesehatan Mental Rentan Terganggu Saat Pandemi, 6,8 Persen Alami Gangguan Cemas

“Karena fase usia 15-29 tahun itu rentan bunuh diri. Yang kami amati, yang paling banyak (bunuh diri) ada di usia itu,” ujar Veranita kepada Jurnalgaya, beberapa waktu lalu.

Bahkan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada kelompok usia muda (15-29 tahun).

Veranita menjelaskan, di Jakarta, hasil penelitian di tingkat SMA menyebutkan, sebanyak 18,3 persen siswa memiliki ide bunuh diri.

Lalu apa yang menjadi faktor penyebab?

Baca Juga: Unpad Sebut Anak Muda Usia 15-29 Tahun Lebih Rentan Bunuh Diri, Ini Penyebabnya

Veranita mengakui, anak muda sekarang cenderung lemah. Di antara mereka, ada yang tidak tahan terhadap frustasi hingga tidak mampu problem solving.

Pada remaja tersebut, indikatornya, anak tidak tahan terhadap tantangan dan mudah frustasi.

"Kalau mendapat tantangan baik di sekolah, pertemanan, keluarga, menghadapi konflik, mereka tidak mampu menyelesaikan, langsung stres,” tutur dia.

Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia: Tiap 40 Detik, 1 Orang Meninggal karena Bunuh Diri

Seharusnya, ketika stres datang, seseorang harus bisa menghasilkan solusi dengan lebih berjuang. Tapi pada sebagian orang, mereka tidak mampu menyelesaikannya.

Ilustrasi stres saat bekerja
Ilustrasi stres saat bekerja

Salah satu penyebabnya adalah pola asuh. Namun orangtua tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena tidak ada sekolah orangtua. Semua dilakukan learning by doing.

Orangtua yang melatih anaknya kuat, mandiri, akan lebih tangguh menghadapi tantangan dalam hidupnya.

Untuk itu, Unpad melakukan penelitian besar-besaran terhadap siswa SMA dan mahasiswa perguruan tinggi di Bandung.

Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober 2020: Pengertian, Tema, dan Sejarah

Penelitian ini nantinya akan dijadikan modul untuk intervensi pencegahan bunuh diri di kalangan SMA dan perguruan tinggi.

Modul inilah yang diharapkan bisa menolong pelajar dan mahasiswa itu dan tentunya membantu orangtua.

"Modul itu salah satunya akan membahas tentang pelatihan kesadaran diri, resiliensi, dan upaya menolong mereka untuk bisa menghadapi tantangan hidup," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, kesehatan mental pada kelompok muda harus dijaga.

Dikutip jurnalgaya dari Hallodoc, kesehatan mental dipengaruhi peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.

Baca Juga: Terjawab, Ini 12 Aktor di Balik Lahirnya UU Cipta Kerja dan Kaitannya dengan Pebisnis Tambang

Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang.

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.

Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.***

Editor: Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah