Pemerintahan Jokowi di Periode Kedua Ini Ambyar! Hanya Naikan Utang dan Penangkapan Aktivis

21 Oktober 2020, 22:20 WIB
Presiden Joko Widodo. /Tangkap layar channel YouTube Sekretariat Presiden


JURNALGAYA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai satu-satunya parpol oposisi menyoroti setahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR, Mulyanto menyatakan secara umum kinerja pemerintahan Jokowi di bawah standar.

Disebutkan, kinerja yang ada sekarang jauh dari janji kampanye yang disampaikan kepada rakyat.

“Pemerintahan Jokowi di periode kedua ini ambyar. Hampir semua sektor kehidupan mengalami grafik penurunan. Karena yang naik hanya utang dan kasus penangkapan aktivis yang kritis terhadap pemerintah,” ujar Mulyanto dalam keterangan persnya, Rabu 21 Oktober 2020.

Baca Juga: Nikon Tutup Lapak di Indonesia, Hari Ini Terakhir Beroperasi

Ia pun mengungkapkan masyarakat Indonesia saat ini terbelah menjadi cebong-kadrun. Pemerintah yang seharusnya mendamaikan, ternyata malah jadi sumber perpecahan.

Hal ini ditandai dengan adanya kelompok influencer (berpengaruh) di media sosial yang digerakkan sebagai buzzer dan didanai langsung oleh negara.

“Tak tanggung-tanggung besaran dana untuk influencer dan buzzer ini lebih besar daripada anggaran riset vaksin,” ujarnya.

“Pemerintah gagal membangun rasa kebersamaan masyarakat. Dengan segala sumberdaya dan kewenangan yang dimiliki Pemerintah harusnya bisa mencegah keadaan ini agar jangan sampai meluas. Tapi sayangnya pemerintah terkesan lebih menikmati kondisi ini daripada menyelesaikannya. Sehingga masyarakat kita rentan dari perpecahan,” katanya.

Baca Juga: Lima Direksi Dicopot, Budi Waseso Masih Berkuasa di Perum Bulog

Secara politik, Mulyanto berpendapat, pemerintah merasa terganggu oposisi, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Pemerintah menganggap oposisi sebagai ancaman sehingga perlu ditiadakan dengan segala cara.

“Demokrasi itu mensyaratkan adanya oposisi sebagai penyeimbang kekuasaan. Dengan adanya oposisi maka Pemerintah akan dapat dikontrol dan diawasi kinerjanya,” katanya.

Jika di parlemen hampir semua kekuatan partai politik dirangkul menjadi koalisi pemerintah maka seharusnya oposisi di luar parlemen diberi ruang yang cukup untuk menyampaikan pendapat dan kritiknya.

Baca Juga: Di Mata Najwa Feri Amsari, Wajah Jokowi Sebenarnya yang Sekarang

"Jangan didiskreditkan sebagai ancaman negara. Makanya wajar jika kelompok oposisi, yang semula lebih bersifat keummatan, yang disimbolkan dengan tokoh Habib Rizieq Shihab, semakin melebar dengan dideklarasikannya oposisi yang lebih bersifat kebangsaan dalam gerakan KAMI, dengan tokoh sentralnya Din Syamsudin dan Jendral Gatot Nurmantyo,” ungkapnya.

Dalam setahun Pemerintahan Jokowi, Mulyanto juga menyoroti tumbuhnya politik dinasti, dimana anak-menantu Jokowi terjun dalam Pilkada. Secara aturan mungkin pelibatan anak dan mantu dalam hajat pilkada tidak dilarang tapi secara etika dinilai kurang pantas.

Baca Juga: Rocky Gerung Berikan Skor A Minus untuk Jokowi-Ma'ruf, A untuk Kebohongan, Minus untuk Kejujuran

Menurutnya, pada periode ini kita merasakan betul adanya praktik oligarki kekuasaan, di mana ada kerjasama terlarang antara penguasa dan pengusaha dalam melahirkan kebijakan-kebijakan pihak tertentu.

“Hal ini dapat terlihat dari UU Cipta Kerja yang mendukung para pemodal mengeksploitasi sebesar-besarnya kekayaan negara. Tentu hal ini menjadi warna yang tidak elok dan menyimpan ketidakadilan dalam wajah perpolitikan di satu tahun pemerintahan Jokowi,” tandasnya.***

Editor: Dini Yustiani

Tags

Terkini

Terpopuler