Profil Rocky Gerung, Peneliti yang Kerap Kritisi Jokowi, Terlempar dari UI dan Pernah Buat Partai

22 Oktober 2020, 05:47 WIB
Rocky Gerung dalam acara Mata Najwa. /Tangkap Layar Mata Najwa/Trans7

JURNALGAYA - Nama Rocky Gerung semakin tenar saat ini. Kritik pedasnya terhadap Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) kerap membuat pitam partai koalisi pemerintah.

Rocky Gerung merupakan akademisi, peneliti, dan filsuf. Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 20 Januari 1959 ini pernah mengajar di Universitas Indonesia.

Ia juga tercatat sebagai salah seorang pendiri Setara Institute dan peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).

Baca Juga: Irma Suryani Chaniago NasDem: Kalau Zaman Soeharto, Orang Seperti Rocky Gerung Sudah Hilang

Baca Juga: Cara Daftar UMKM Online dan Cek Banpres Rp2,4 Juta di e-Form.BRI

Rocky mulai berkuliah di Universitas Indonesia pada tahun 1979. Ia pertama kali masuk ke jurusan Ilmu Politik, yang saat itu tergabung dalam Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, sebelum memutuskan pindah ke jurusan Ilmu Filsafat dan lulus pada tahun 1986.

Selama berkuliah, Rocky dekat dengan para aktivis berhaluan sosialis seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.

Setelah lulus, Rocky kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat, yang kini tergabung di dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, sebagai dosen tidak tetap hingga awal 2015.

Baca Juga: Pemerintahan Jokowi di Periode Kedua Ini Ambyar! Hanya Naikan Utang dan Penangkapan Aktivis

Ia berhenti mengajar disebabkan keluarnya UU No 14 tahun 2005 yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister, sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana.

Dikutip dari Wikipedia, Rocky tercatat mengampu mata-mata kuliah seperti Seminar Teori Keadilan, Filsafat Politik, dan Metode Penelitian Filsafat; ia juga pernah mengajar pada program pascasarjana. Salah satu mahasiswa yang dibimbingnya adalah aktris Dian Sastrowardoyo.

Bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra, Rocky ikut mendirikan Setara Institute, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada 2005.

Baca Juga: Politisi PKS Mardani Ali Sera Berikan Raport Merah ke Jokowi-Ma'ruf

Dalam bidang politik, Rocky bersama Sjahrir dan istrinya, Kartini pernah mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) pada 2002. Meski ikut mendirikan, ia tak aktif di kepengurusan partai.

Belakangan, Rocky memutuskan keluar dan bergabung dengan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada 2011. Ia didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.

Rocky Gerung.

Partai tersebut bermaksud mencalonkan Sri Mulyani untuk pemilihan presiden Indonesia 2014. Namun, SRI gagal melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga tidak dapat mengikuti Pemilihan Umum 2014.

Rocky juga pernah mengetuai Sekolah Ilmu Sosial (SIS), sebuah sekolah nonformal yang mendidik siswanya untuk memahami realitas sosial secara interdisipliner, di bawah Yayasan Padi dan Kapas yang juga diketuai oleh Sjahrir.

Pengajar di SIS ada sepuluh orang, beberapa di antaranya adalah Arief Budiman, Salim Said, dan Rahman Tolleng.

Baca Juga: Selain Budi Waseso, Ini 5 Direksi Perum Bulog Yang Baru

Sebagai seorang ilmuwan filsafat, salah satu bidang kajian Rocky adalah filsafat feminisme.

Ia banyak menulis di Jurnal Perempuan, sebuah terbitan ilmiah yang dikelola oleh Yayasan Jurnal Perempuan dan didirikan oleh Gadis Arivia, koleganya di Universitas Indonesia.

Rocky juga seorang pengajar Kajian Filsafat dan Feminisme (Kaffe) yang merupakan salah satu program Jurnal Perempuan. Selain itu, Rocky juga terlibat sebagai penulis di Jurnal Prisma terbitan LP3ES di mana ia pernah menulis tentang HAM dan tentang Pancasila.

Rocky pernah mendapat kehormatan untuk memberikan pidato kebudayaan akhir tahun rutinan yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki pada akhir tahun 2010.

Baca Juga: Buruh Tuntut Upah 2021 Naik 8 Persen Walaupun Pandemi, Ini Pertimbangannya

Saat itu, judul pidato Rocky adalah Memelihara Republik, Mengaktifkan Akal Sehat.

Pemikiran Rocky Gerung mulai diperhatikan publik secara luas sejak ia muncul pertama kali di acara televisi Indonesia Lawyers Club di awal tahun 2017.

Saat itu, Rocky Gerung mengkritik pemerintah dengan menyatakan pemerintah sebagai pembuat hoaks terbaik karena memiliki banyak perangkat untuk berbohong.

Sejak itu pula, Rocky terkenal sebagai salah satu intelektual yang tajam dan keras dalam mengkritik pemerintah sehingga sering diundang untuk menjadi narasumber di acara televisi, universitas, dan lain-lain.

Rocky menghasilkan beberapa buku dan jurnal seperti, Buku Teori Sosial dan Praktik Politik.***

Editor: Firmansyah

Sumber: Wikipedia

Tags

Terkini

Terpopuler