Pesona Kamala Harris, Cawapres Wanita Pertama AS yang Bela Kaum Terpinggirkan

6 November 2020, 15:34 WIB
/Instagram Kamala Harris

JURNAL GAYA - Senator cantik asal California Kamala Harris, kini tengah menjadi trending dunia karena tak lama lagi ia akan menduduki kursi Wakil Presiden Amerika Serikat.

Pada Pemilihan Umum Presiden AS 2020, Kamala Harris terpilih menjadi cawapres yang berpasangan dengan Joe Biden yang saat ini dipastikan melenggang ke Gedung Putih.

Dikutip melalui RRI pada Jumat 6 November 2020, senator California ini menjadi sorotan publik  setelah ia melewati debat dengan gayanya yang cerdas.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat Dengan ShopeePay Deals Rp1

Bahkan, Kamala Harris juga berani melontarkan kritik pedas terhadap saingannya Joe Biden. Namun, pada akhir 2019, kampanyenya terhenti.

Bagaimana sepak terjang Kamala Harris hingga akhirnya ia bisa menerobos ranah perpolitikan Amerika?

Berikut profil perjalanan karier politik Kamala Harris hingga masuk ke Gedung Putih.

Baca Juga: Pilpres AS: Penghitungan Suara di Arizona Lama, Pendukung Trump Tuntut Lihat Langsung

Anggota Demokrat California ini lahir di Oakland, California, dari dua orang tua imigran. Sang ibu kelahiran India dan ayah kelahiran Jamaika.

Pasca perceraian orangtuanya, Kamala Harris dibesarkan oleh ibu tunggal beragama Hindu, yang merupakan peneliti kanker dan aktivis hak-hak sipil. Ia tumbuh dengan memeluk kebudayaan India.

Sementara diketahui bahwa Kamala Haris ikut dengan ibunya dalam kunjungan ke India, tetapi Harris mengatakan bahwa ibunya mengadopsi budaya Afrika-Amerika Oakland. Sebuuah pakem yang mempengaruhi kedua putrinya - Kamala dan adik perempuannya Maya.

Baca Juga: Indonesia Terhantam Badai Resesi, Rizal Ramli: Ubah Strategi dan Pecat Menteri!

Senator gigih ini juga menyelesaikan pendidikannya di Howard University, salah satu perguruan tinggi dan universitas kulit hitam terkemuka di AS. Pengalaman itu ia gambarkan sebagai salah satu yang paling membentuk dirinya.

Di setiap kesempatan, Harris selalu percaya diri menasbihkan bahwa dia bangga menjadi "orang Amerika". Pada 2019, dirinya mengatakan kepada Washington Post bahwa politisi tidak perlu masuk ke dalam satu kategori karena warna kulit atau latar belakang mereka.

Menyelesaikan kuliah empat tahun di Howard, Harris mendapatkan gelar hukumnya di Universitas California, Hastings, dan memulai kariernya di Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County.

Baca Juga: Donald Trump Klaim Kemenangan di Pilpres AS 2020: Hitung Suara Resmi, Saya Pasti Menang!

 Ia menjadi jaksa tertinggi untuk San Francisco pada tahun 2003, sebelum terpilih sebagai perempuan pertama dan orang Afrika-Amerika pertama yang menjabat sebagai jaksa agung California, pejabat penegak hukum tertinggi di negara bagian terpadat di Amerika itu.

Dalam dua periode masa jabatannya sebagai jaksa agung, Harris mendapatkan reputasi sebagai salah satu bintang Partai Demokrat yang sedang naik daun.

Momentum ini digunakannya untuk mendorong pemilihannya sebagai senator junior AS di California pada tahun 2017.

 Baca Juga: Tak Masuk List Timnas Inggris, Ini Curhat James Maddison

Pada pemilihannya menjadi Senat AS, mantan jaksa penuntut itu mendapatkan dukungan dari kaum progresif karena pertanyaan pedasnya terhadap calon Mahkamah Agung saat itu Brett Kavanaugh dan Jaksa Agung William Barr dalam sidang-sidang penting di Senat.

Tak hanya itu saja, ia juga mencalonkan diri sebagai presiden dalam kampanye yang dihadiri lebih dari 20.000 orang di Oakland, California, pada 2019.

Namun ia mengakhiri pencalonannya pada bulan Desember sebelum kontes Demokrat pertama di Iowa pada awal 2020.

Pada bulan Maret, Harris mendukung mantan wakil presiden Joe Biden dengan mengatakan dia akan melakukan "segala upaya untuk membantu terpilihnya Biden sebagai Presiden Amerika Serikat berikutnya.

Baca Juga: Lagi-lagi Desa Palestina Dihancurkan, PBB: Israel Langgar Hukum

Pencalonan Harris pada tahun 2020 membuat cintranya sebagai jaksa penuntut utama California disorot.

Meskipun bersandar ke sisi kiri pada masalah-masalah seperti pernikahan gay dan hukuman mati, dia menghadapi serangan berulang-ulang dari kaum progresif karena dianggap tidak cukup progresif.

Pada awal masa kampanye, Bazelon menulis bahwa Harris sering menghindari pertempuran progresif yang melibatkan isu-isu seperti reformasi polisi, reformasi narkoba dan penuntutan yang salah.

Baca Juga: Subarashii! Jepang Kirim Kapal Destroyer untuk TNI AL Usai Prabowo Ditelepon Menhan Nobuo Kishi

Harris, yang mendeskripsikan diri sebagai "penuntut progresif" mencoba memperlihatkan ia lebih condong ke kiri dengan mengharuskan beberapa agen khusus Departemen Kehakiman California, lembaga negara pertama yang mengadopsi aturan itu, untuk mengenakan kamera di badan.

Ia juga meluncurkan database yang memungkinkan publik melihat statistik kejahatan-tetapi dia masih gagal mendapatkan daya tarik.

"Kamala adalah seorang polisi" menjadi kalimat yang umum digunakan dalam kampanye, hal yang merusak upaya Harris untuk memenangkan basis Demokrat yang lebih liberal selama pemilihan pendahuluan.

Instagram Kamala Harris

Baca Juga: Habib Rizieq Jadi Wali Nikah Najwa Shihab, Ini Penjelasan FPI

Harris sering mengatakan bahwa identitasnya membuatnya cocok untuk mewakili mereka yang terpinggirkan. Sekarang Biden telah menjadi pasangannya di Pemilu AS, Harris mungkin mendapat kesempatan untuk melakukan lebih dari itu dari dalam Gedung Putih.***

Editor: Dini Yustiani

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler