Cak Nun Sebut Pejabat Indonesia Lebih Jahat dari Sengkuni, Ini Alasannya

- 9 Desember 2020, 09:55 WIB
Emha Ainun Nadjib/Cak Nun: Kebahagian Seseorang itu Urusan Bagaimana Mengelola Hati dan Pikiran
Emha Ainun Nadjib/Cak Nun: Kebahagian Seseorang itu Urusan Bagaimana Mengelola Hati dan Pikiran /Instagram @ quotes_caknun_/.*/Instagram @ quotes_caknun_

JURNALGAYA - Emha Ainun Najib atau lebih dikenal Cak Nun trending Twitter. Namanya menjadi sorotan setelah mengusulkan pertemuan Presiden Joko Widodo dan Habib Rizieq Shihab (HRS). 

"Sambil menunggu presiden mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya enam rakyatnya, sekarang saatnya terjadi dialog empat mata antara Jokowi dengan Habib Riziq. Di-'wali'-i misalnya oleh Pak Jusuf Kalla dan Gus Mus (KH Mustofa Bisri)," ujar Cak Nun dikutip dari caknun.com, Selasa 8 Desember 2020.

Cak Nun menyebut setelah dialog Jokowi dengan Rizieq bisa disusul dialog-dialog berikutnya antar berbagai kelompok dan stakeholders bangsa ini.

Baca Juga: Terkuak, Buya Hamka Pilih Mundur dari Ketua MUI Ketika Menteri Agama Minta Ini

Usulan tersebut ditolak Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Mereka beranggapan tidak ada masalah antara Jokowi dan HRS. 

Selain karena hal tersebut, nama Cak Nun banyak disebutkan netizen karena ucapan-ucapannya sebagai budayawan selama ini.

Mulai dari ucapan tentang hal religi, cinta, kehidupan, hingga bermasyarakat dan bernegara.

Baca Juga: Ternyata Vaksin Covid-19 Asal China Tak Bisa Langsung Disuntikkan ke Masyarakat, Ini Sebabnya

Misalnya ucapan Cak Nun yang dikutip @kema****

"Akan ada saatnya di dalam doa kita tidak menyebut nama siapa-siapa, hanya meminta diberi yang terbaik saja." tulis dia.

Cak Nun saat sedang memberikan materi pada warga yang berkumpul
Cak Nun saat sedang memberikan materi pada warga yang berkumpul Instagram.com/@rampakmaiyah

Begitupun @edelweis mengutip kalimat lainnya:

"Bencilah aku sampai setinggi gunung, dan aku akan balas engkau dengan cinta setinggi langit".

Baca Juga: 7 Selebriti yang Bertarung di Pilkada 2020, Ada Sahrul Gunawan hingga Adly Fairuz, Siapa Pilihanmu?

Ada pula yang mengutip dari videonya Cak Nun.

Video yang diunggah @ruang**** ini menggambarkan cerita seorang petokohan wayang bernama Sengkuni. Dalam cerita Pandawa Lima, Sengkuni digambarkan sosok yang jahat.

"Kalian pemimpin Indonesia, kalian jadi Sengkuni atas penderitaan apa? kamu pernah susah apa hidupmu? apa alasan sejarahmu untuk jahat kepada rakyat?"

"Lah di Indonesia ini, kamu pernah menderita apa? Kalau sengkuni ada alasannya untuk jahat, walaupun tidak sepadan dengan penderitaannya."

Baca Juga: 6 Zona Merah di Jabar Jadi Prioritas Vaksinasi Covid-19, Ini Daftarnya

"Kamu menderita apa, sehingga kamu kejamnya begitu rupa kepada rakyat. Kamu pernah miskin apa? kamu pernah puasa kaya apa? kamu lancar-lancar semua kok, kamu bisa bayar miliaran untuk jadi pejabat. Apa alasanmu untuk bisa jahat kepada rakyat? Sengkuni saja tidak sejahat kamu. Padahal penderitaan sengkuni ribuan kali lebih berat dibanding kamu," tutur Cak Nun dalam video tersebut.

Berikut tulisan lengkap Cak Nun: 

Buat yang penasaran, berikut tulisan lengkap Cak Nun:

6 orang rakyat Indonesia mati ditembak. Menurut FPI yang salah Polisi, menurut Polisi yang salah FPI. Kita rakyat mendengarkan dan percaya ke yang mana?

Semua keruhnya permusuhan yang tak habis-habis ini adalah akibat yang tidak diurus sebabnya secara mendasar.

Semua pertengkaran nasional yang tak ada ujungnya ini karena semua pihak tidak mempelajari, mendewasai dan membijaksanai manajemen jarak antara musyawarah menuju mufakat dalam Sila-4 Pancasila.

Ini momentum untuk menguji apakah bangsa kita punya tokoh dengan jiwa kepemimpinan, berkecerdasan dan berkebijaksanaan pemimpin.

Sambil menunggu Presiden mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya enam (6) rakyatnya: sekarang saatnya terjadi Dialog 4 mata antara Jokowi dengan Habib Riziq. Di“wali”i misalnya oleh Pak Jusuf Kalla dan Gus Mus (KH Mustofa Bisri).

Bisa disusul dialog-dialog berikutnya antar berbagai kelompok dan stakeholders bangsa ini. Prinsip yang harus dicapai:

1- Menang bersama, bukan menangan sendiri

2- Semua insyaallah menjadi lerem dan tenang oleh pertemuan itu

3- Tidak boleh ada yang dipermalukan. Menang tanpo ngasorake. Yang menang NKRI, Persatuan Kesatuan, Bangsa dan Rakyat Indonesia. Win-win Game.

Kita punya Pancasila, kita pelaku Demokrasi, kita punya warisan wisdom luar biasa dari sejarah masa silam. Kita pastikan apapun yang terlanjur terjadi, pada akhirnya yang menang adalah bangsa dan rakyat Indonesia.***

Editor: Firmansyah

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah