Tidak hanya susah tapi juga membutuhkan nyali. Betapa tidak, untuk sampai di tempat-tempat itu relawan NU harus melewati sungai yang biasa dilalui lahar dingin dari Gunung Semeru.
Maka untuk menghindari bahaya lahar dingin, mereka menyiasatinya dengan melewati sungai tersebut di malam hari, sekitar pukul 22.00 WIB.
Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG Naagin ANTV, Seru! Antar Ular Bertarung, Apa yang diPerebutkan?
“Lahar dingin biasanya siang hari datangnya, maka kami pilih jam sepuluh malam,” tambahnya.
Meski demikian tidak ada jaminan, lahar dingin tidak datang di malam hari. Tapi apa boleh buat, bantuan harus disalurkan, dan mereka sangat membutuhkan itu. Bahayapun diterjang tak peduli nyawa taruhannya. Kata Ridwan, yang paling dicemaskan adalah jika letusan Gunung Semeru bersamaan dengan datangnya hujan lebat.
“Kalau itu terjadi, maka batu, pasir, dan material gunung lainnya akan mengalir ke bawah, jadi bencana bagi masyarakat,” ucapnya.
Selama ini, jalur sungai di kaki gunung Semeru itu, memang sering dilewati lahar dingin yang berasal dari Gunung Semeru. Bahkan sering terjadi truk-truk pengangkut pasir, terjebak di sungai itu karena tiba-tiba lahar dingin datang.
Baca Juga: Jerry yang Dijagokan Benarkah Menang? Saksikan Sore Ini Link Streaming Live Master Chef Indonesia S7
Lahar dingin Gunung Semeru meskipun berbahaya dan kerap menelan korban, namun juga mendatangkan manfaat, yaitu melimpahnya pasir di sepanjang aliran sungai itu. Banyak warga yang mencari penghidupan dari sungai tersebut sebagai penambang pasir. Selama masih ada lahar dingin, pasti pasir tak akan pernah habis.
“Pasir Lumajang, cukup dikenal karena berkualitas tinggi, bahkan luar jawa juga ambil dari pasir Lumajang,” jelasnya.